Dua Wanita Gagal Taklukkan Donald Trump
ILUSTRASI dua wanita gagal menaklukkan Donald Trump. Mereka adalah Hillary Clinton dan Kamala Harris. Trump kini kembali menghuni Gedung Putih.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Pemungutan Suara Pilpres AS Digelar Malam Ini, Donald Trump Hadapi Kamala Harris
BACA JUGA:Biden Sebut Trump Harus Dijerat secara Politis, Memicu Ketegangan Jelang Pemilu
HILLARY DAN HARRIS
Partai Demokrat dikenal sebagai partai yang moderat, sedangkan Partai Republik terkesan konservatif. Sejumlah isu publik yang sering kali memosisikan pendukung kedua partai pada posisi yang diameteral, antara lain, isu aborsi (pro life vs pro choice), kesetaraan gender dan LGBT, serta isu imigran.
Dalam isu aborsi, pendukung Partai Demokrat berada di posisi ”pro choice” (boleh aborsi), sedangkan pendukung Partai Republik memilih ”pro life” (aborsi adalah ilegal).
Meski tidak sekeras perdebatan tentang isu aborsi, dalam konteks tertentu, bias gender tetap menjadi isu politik yang sering diperdebatkan. Peran perempuan dalam politik di AS tidak sebesar yang disuarakan para pegiat kesetaraan gender.
BACA JUGA:Berebut Simpati Warga Pennsylvania, Kamala Kunjungi Gereja, Trump Berlagak Jadi Pegawai McDonald
BACA JUGA:Belajar dari Dua Kali Penembakan Trump
Praktis, AS tidak banyak memiliki politikus wanita yang andal. Bahkan, Hillary Clinton menjadi kandidat presiden wanita pertama yang diusung partai politik besar.
Pada Pilpres 2016, Hillary yang pada masa pemerintahan Barrack Obama menjadi menteri luar negeri dijagokan Partai Demokrat.
Meski meraih popular vote lebih banyak, Hillary kalah dalam perolehan kursi elektoral dari Donald Trump dengan suara 227:304. AS gagal memiliki seorang presiden wanita dalam sejarah.
BACA JUGA:Tersangka Penembakan di Dekat Lapangan Golf Trump Diduga Mantan Aktivis Pro-Ukraina
Sukses mengalahkan Trump pada Pilpres 2020, Joe Biden menjadi presiden pertama di AS dengan seorang wakil presiden wanita, Kamala Harris. Sulit menebak manuver politik Partai Demokrat, pada Pilpres 2024 partai tersebut justru mengusung Kamala
Harris sebagai capres. Sentimen gender diduga sebagai salah satu alasan kemenangan Trump pada pilpres tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: