E Commerce Raksasa dan Diskriminasi Harga: Siapa yang Diuntungkan dan Dirugikan?

E Commerce Raksasa dan Diskriminasi Harga: Siapa yang Diuntungkan dan Dirugikan?

Pada era digital, perusahaan e-commerce semakin sering menggunakan algoritma untuk menentukan harga berbeda bagi setiap pelanggan.-freepik-freepik.com

Lalu Investigasi yang dilakukan oleh Wall Street Journal menunjukkan bahwa Staples menawarkan harga yang lebih rendah kepada konsumen di daerah yang tidak memiliki persaingan langsung, di dekat pesaing toko fisik seperti Office Depot. 

BACA JUGA:Wuling Jamin Penjualan Dua Tipe Mobilnya di Angka 70 Persen dari Harga Pembelian

Selain itu, model harga yang diterapkan Airbnb memperhitungkan lokasi pelanggan dan musim. Itu menunjukkan bahwa orang yang tinggal di kota-kota atau negara-negara berpendapatan tinggi sering kali membayar lebih banyak untuk properti yang sama. 

Banyak pengguna layanan Google Flights mengatakan bahwa harga tiket naik setelah pencarian berulang, menunjukkan bahwa riwayat pencarian dapat memengaruhi harga yang ditampilkan. 

Sementara Netflix menetapkan harga yang berbeda di negara tertentu. Lalu DoorDash membebankan biaya layanan lebih tinggi di wilayah dengan permintaan tinggi atau jam sibuk.

BACA JUGA:Khofifah Sebut Kebijakan Prabowo Bisa Bebaskan 1.164 UMKM Dari Kredit Macet

Contoh-contoh itu menunjukkan bagaimana algoritma dapat menciptakan diskriminasi harga, yang menimbulkan masalah etis dan transparansi dalam bisnis e-commerce global.

Perusahaan e-commerce sebaiknya lebih terbuka dalam memberikan penjelasan mengenai perbedaan harga itu. 

Perusahaan harus memastikan bahwa data konsumen dipakai dengan bijak dan hanya dengan izin konsumen. Dengan keterbukaan, kepercayaan konsumen bisa terjaga, dan industri e-commerce akan lebih adil.

BACA JUGA:BRI dan HIPMI Jalin Sinergi Strategis untuk Dorong Pengusaha Muda Naik Kelas

Pada akhirnya, algoritma harus dipakai untuk membantu semua pihak, bukan hanya demi keuntungan perusahaan. Jika dibiarkan, diskriminasi harga itu akan membuat konsumen merasa terkekang dengan pilihan yang terbatas.(*)

*) Tyaga Adinata Povannes, mahasiswa Manajemen Bisnis, Universitas Ciputra Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: