Pro-Kontra Konversi Subsidi Energi ke BLT

Pro-Kontra Konversi Subsidi Energi ke BLT

ilustrasi BLT DD--

Anggaran subsidi BBM 2025 dipatok Rp 26,7 triliun, sedangkan anggaran subsidi LPG 2025 dipatok Rp 87,0 triliun dan anggaran subsidi listrik 2025 dipatok senilai Rp 89,7 triliun.

BACA JUGA:Khofifah Beri BLT ke Pekerja Rokok

 BACA JUGA:Pemkot Bantu Kantor Pos Salurkan BLT warga di Kantor Kecamatan

Berdasar catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), realisasi subsidi energi telah mencapai Rp 102,8 triliun hingga akhir Agustus 2024. Pemanfaatan alokasi subsidi energi, antara lain, untuk bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 10.284,4 ribu kiloliter atau naik 0,6% dari periode sama tahun lalu. 

Kemudian, untuk LPG 3 kg, realisasinya mencapai 4.744,7 juta kg dan tumbuh 1,6% dari periode sama tahun lalu. Hal itu menunjukkan pertumbuhan signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu. Itu berarti, kelompok masyarakat yang menggunakan LPG tabung 3 kg meningkat. 

PENGUATAN DAYA BELI

Di tengah gejolak ketidakpastian ekonomi global yang diwarnai oleh beberapa konflik regional, seperti perang Rusia-Ukraina, meningkatnya eskalasi konflik Israel-Iran, dan masih tegangnya hubungan dagang AS-Tiongkok, memicu ekonomi dalam negeri mengalami stagnasi. 

BACA JUGA:Cara Cek Kepesertaan Bansos BPNT Tahap 5, Sudah Cair BLT Rp 400.000

BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Program Bantuan Langsung Tunai ( BLT) Tepat Sasaran di Desa Sepanjang

Meruncingnya ketegangan politik yang berujung pada konflik senjata telah memicu terganggunya rantai pasok global. 

Beberapa negara yang menjadi negara tujuan ekspor terhambat zona peperangan sehingga pasokan logistik ekspor maupun impor mencari jalur alternatif yang dengan sendirinya mendongkrak ongkos pengapalan menjadi mahal. Pada gilirannya, harga komoditas menjadi kurang kompetitif.

Di sisi ekonomi domestik, terdapat pelemahan parameter ekonomi yang tecermin pada menurunnya daya beli masyarakat dan kontraksinya kelas menengah Indonesia. 

Bank Dunia dalam laporannya yang bertajuk Aspiring Indonesian-Expanding the Middle Class menyimpulkan, satu di antara lima masyarakat Indonesia adalah kelompok kelas menengah. 

Bank Dunia juga mengidentifikasi lima kelas masyarakat yang didasari pada perilaku konsumsi yang berbeda di Indonesia. Terdiri atas kelompok miskin, rentan, menuju kelas menengah, kelas menengah, dan kelas atas. Konsumsi kelompok itu tumbuh 12% setiap tahun sejak 2002. 

Hampir setengah atau 47% dari seluruh konsumsi rumah tangga Indonesia berasal dari kelompok kelas menengah itu. Secara populasi, jumlah mereka mencapai 52 juta jiwa atau 20% dari total penduduk. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: