Pro-Kontra Konversi Subsidi Energi ke BLT

Pro-Kontra Konversi Subsidi Energi ke BLT

ilustrasi BLT DD--

WACANA BARU telah dilontarkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Pemerintah hendak mengubah skema subsidi energi yang selama ini telah berjalan. 

Gagasan pengalihan subsidi energi menjadi bentuk bantuan langsung tunai (BLT) menjadi opsi yang dipertimbangkan tim Presiden Prabowo Subianto untuk menghemat anggaran negara. 

Dengan opsi tersebut, diharapkan penyaluran subsidi energi dapat lebih tepat sasaran. 

Pasalnya, subsidi energi berbasis komoditas yang diterapkan selama ini dinilai rentan bocor lantaran masih banyak dinikmati golongan masyarakat mampu ketimbang kelompok menengah ke bawah yang lebih membutuhkan. 

BACA JUGA:Bahlil Pastikan Subsidi BBM Tak Dialihkan untuk Program 3 Juta Rumah, Ada Opsi Diganti BLT

BACA JUGA: Bahlil Lahadalia: Subsidi BBM dan LPG Akan Diubah ke BLT

Berdasar hitung-hitungan tim penasihat ekonomi Prabowo, penyaluran subsidi energi yang tepat sasaran akan dapat menghemat anggaran Rp 150 triliun hingga Rp 200 triliun. 

Ditambahkan pula bahwa dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, pemerintah telah merancang postur belanja mencapai Rp 3.621 triliun. Namun, sebagian besar akan digunakan untuk membayar utang dan kewajiban-kewajiban lainnya. 

Oleh karena itu, diperlukan penghematan anggaran untuk mendanai program-program pemerintahan Prabowo-Gibran.

BACA JUGA:Subsidi BBM Disalurkan Dalam Bentuk BLT, Ini Komentar ESDM

BACA JUGA:BLT PKH Segera Cair, Buruan Periksa Jadwal dan Cara Pencairannya

 

Adapun dalam APBN 2025, Kementerian Keuangan dan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR) telah mencapai kata sepakat untuk menurunkan anggaran subsidi energi sebesar Rp 1,1 triliun menjadi Rp 203,4 triliun dari RAPBN awal sebesar Rp 204,5 triliun. 

Penyesuaian tersebut seiring perubahan asumsi nilai tukar rupiah yang disepakati dari Rp 16.100 menjadi Rp 16.000 per dolar AS. Secara terperinci, total anggaran subsidi BBM dan liquefied petroleum gas (LPG) 3 kilogram mencapai Rp 113,7 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: