Prihatin Bandara Sepi, Senator Lia Istifhama Singgung Pentingnya Deep Analysis Preferensi Konsumen
Dijelaskan Lia Istifhama, alasan utama sepinya bandara itu sangat mudah ditebak. Yaitu minimnya peminat untuk memanfaatkan jasa penerbangan pada beberapa bandara yang gencar dibangun beberapa tahun terakhir. --Lia Istifhama
HARIAN DISWAY - Sudah menjadi fakta umum bahwa beberapa bandara di Indonesia sepi. Tercatat setidaknya ada empat bandara yaitu Bandara Kertajati Majalengka, Bandara Wiriadinata Tasikmalaya, Bandara JB Soedirman Purbalingga, dan Bandara Ngloram Blora.
Hal ini mengundang keprihatinan senator Lia Istifhama. Menurutnya, empat bandara itu tengah menjadi sorotan publik. Sebab itu menunjukkan bahwa benar ada kelesuan operasional penerbangan di beberapa bandara. "Bahkan boleh dibilang merana akibat tidak ada penerbangan sama sekali," kata Lia.
Dijelaskan Ning Lia, sapaan karibnya, alasan utama kondisi tersebut sangat mudah ditebak. Yaitu minimnya peminat untuk memanfaatkan jasa penerbangan pada beberapa bandara yang gencar dibangun beberapa tahun terakhir.
BACA JUGA: Lia Istifhama: si Runner Up Calon DPD RI dari Dapil Jatim yang Berpedoman CANTIK dalam Berpolitik
Menurut senator Jatim itu, banyak pihak menyebut bahwa masalah dasar yang dialami bandara adalah kenaikan harga avtur yang meningkat dari 40 perseb menjadi 60 persen. ebih tepatnya sekitar di atas US$ 100 per barel.
"Namun selain hal itu, saya melihat faktor lain yang lebih utama, yaitu preferensi konsumen,” terang anggota DPD RI yang dikenal dengan tagline peran CANTIK sebagai akronim cerdas, inovatif, kreatif itu.
Ia menggarisbawahi terkait preferensi konsumen sebagai hal yang sangat utama dalam sebuah perencanaan bisnis atau pertumbuhan ekonomi. Deep analysis harus sangat detail utuh mendalam. Jangan hanya aspek kuantitatif.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Anggota DPD RI Terpilih 2024-2029 Dr Lia Istifhama MEI: Zhu Ren Wei Le
"Yaitu hanya sekian pertumbuhan ekonomi melalui kepadatan okupansi penumpang, tapi juga aspek kualitatif yang mengukur sejauh mana demand atau permintaan akan mengikuti supply atau ketersediaan rute sehingga mewujudkan keseimbangan pasar?,” terangnya
Doktoral ekonomi itu kemudian tidak menampik kemajuan jaman yang menuntut perbaikan pelayanan masyarakat. Jika melihat kemajuan zaman, memang salah satu indikator adalah perbaikan pelayanan masyarakat.
Biasanya melalui penambahan fasilitas umum maupun moda transportasi yang beragam di berbagai wilayah. Namun, jangan sampai, perusahaan memiliki tujuan besar menaikkan personal branding dengan membangun bandara atau merintis maskapai baru.
BACA JUGA: Bandara Juanda Layani 236 Ribu Penumpang selama Libur Panjang, Jakarta Tujuan Favorit
Tapi yang ada justru pemborosan cost di internalnya sendiri. Ditegaskan Ning Lia, pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi sifatnya progesif meningkat dari sekian menjadi sekian. Sedangkan strategi bisnis ada yang pasif dan aktif.
"Aktif yaitu melakukan tindakan ekonomi produktif untuk menambah pemasukan, sedangkan pasif adalah mengurangi cost yang tidak penting. Maka dari sini, jika menambah sektor usaha sifatnya masih gambling, kenapa tidak ditunda saja?,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: