Khasanah Ramadan 2025 (4): Saatnya Berbagi

Terdapat dinamika sosial yang terus mengesankan selama Ramadan 2025. --iStockphoto
HARIAN DISWAY - Terdapat dinamika sosial yang terus mengesankan selama Ramadan 2025. Di kampung-kampung dan gang-gang sempit perkotaan terus menggeliatkan perkembangan kehidupam masyarakat yang mempesona.
Saling menyapa, saling berbagi dan saling berjanji untuk pergi ke pasar maupun ke masjid bersama-sama. Ini perkembangan yang unik tetapi tidak ganjil. Wajar dan memberikan sisik-melik yang berbeda.
Belanja sayur mayur dan segmen sembako ke toko-toko pracangan alias pasar krempyeng semakin mewarnai perjalanan Ramadan. Di desa-desa yang sempat saya lewati di sepanjang perjalanan dari Siak Indrapura sampai ke Pekanbaru pun demikian.
BACA JUGA: Khasanah Ramadan 2025 (3): Kupu-Kupu Ramadan
Di pekan-pekan menjelang Ramadan, semua sudah memberikan tanda-tanda kehayatan agung ini. Nuansa Ramadan disambut optimisme umat. Bingkisan-bingkisan kecil dibagikan.
Orang menaburkan uangnya yang tempak receh nan lusuh di areal pemakaman umum. Intinya yang penting berbagi. Hari-hari ini, saya melewati berbagai masjid di desa ataupun di kota serta restoran-restoran yang ramai pengunjung.
Semuanya memberikan ruang indah betapa gebyar Ramadan ini terasa sangat hangat. Orang beramal di masjid-masjid atau musala tiada henti. Padahal negara sedang merintih kekurangan dana dengan bukti kebijakan efisiensi.
BACA JUGA: Khasanah Ramadan 2025 (2): Titian Kerinduan
Anggaran beberapa unit kerja pemerintahan dipangkas sebagai pelaksanaan seruan efisiensi, di tengah-tengah panggung korupsi yang sedang ditangani Kejaksaan Agung RI.
Tetapi Ramadan menggelembungkan laku masyarakat yang kelihatannya sangat tidak efisen, karena rakyat melihat amal bukan efisiensi tetapi religi. Mereka berloma-lomba mengirimkan makanan untuk takjil alias membuka skema iftar di berbagai tempat.
Pondok-pondok pesantren dan langgar-langgar (surau-surau) yang jauh dari kota, juga banyak menerima kiriman makanan. Bahkan masjid di kawasan di mana saya tinggal, tidak lagi menyediakan daftar penyediaan menu berbuka puasa.
BACA JUGA: Khasanah Ramadan 2025 (1): Barakallah, Puasa Lagi, Kan...
Saya mengapresiasi pilihan kebijakan ini. Rakyat sudah tidak sabar untuk beramal. Maka hal ini justru menarik jamaah untuk berlomba-lomba memberikan “bingkisan Ramadannya” kepada kaum yang sedang berpuasa.
Kondisi ini sesungguhnya tidak berubah sejak zaman saya kuliah. Cuma intensitasnya yang bergerak membanggakan. Saat itu, pada Ramadan 1993, saya mengawali menapaki metropolitan Surabaya sebagai mahasiswa di Universitas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: