Representasi dan Sosok Inspiratif bagi Kaum Disabilitas
ILUSTRASI Representasi dan Sosok Inspiratif bagi Kaum Disabilitas. W.R. Soepratman adalah pahlawan yang juga penyandang disabilitas. Ia mengalami gangguan pendengaran, tetapi masih mampu menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Selain itu, dunia kerja di Indonesia belum sepenuhnya inklusif bagi penyandang disabilitas. Meski terdapat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, yang menjamin hak-hak penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan yang setara, kenyataannya, masih banyak perusahaan yang enggan memberikan kesempatan bagi mereka.
Bagi penyandang disabilitas yang mampu menembus batasan itu dan sukses dalam kariernya, mereka adalah pahlawan bagi komunitas disabilitas dan masyarakat luas.
KEBIJAKAN YANG MEMIHAK
Kaum disabilitas di Indonesia tidak hanya membutuhkan pahlawan dalam bentuk figur, tetapi juga kebijakan yang benar-benar berpihak kepada mereka. Pemerintah dan masyarakat memiliki peran besar dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan penyandang disabilitas untuk berkembang dan meraih potensi maksimal mereka.
Hal itu mencakup akses pendidikan yang inklusif, fasilitas publik yang ramah disabilitas, kesempatan kerja yang setara, dan penghapusan stigma sosial terhadap penyandang disabilitas. Selain pemerintah, masyarakat umum berperan penting.
Penerimaan dan dukungan dari lingkungan sekitar dapat menjadi dorongan besar bagi penyandang disabilitas untuk meraih mimpi dan berkontribusi lebih besar kepada masyarakat.
Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pahlawan dalam kehidupannya masing-masing. Bagi kaum disabilitas, pahlawan adalah mereka yang membuka jalan, menginspirasi, dan berjuang agar mereka dapat hidup dengan martabat, keadilan, dan kesempatan yang setara.
Hari Pahlawan, Hari Disabilitas Internasional, maupun Hari Penyandang Disabilitas Internasional seharusnya menjadi momentum refleksi bagi semua lapisan masyarakat.
Bukan hanya untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur, tetapi untuk menelaah seberapa jauh kita telah menciptakan kondisi yang memungkinkan semua orang, termasuk penyandang disabilitas, untuk menjadi pahlawan di bidangnya masing-masing.
Dengan memberikan representasi yang layak bagi kaum disabilitas, kita telah melangkah lebih dekat menuju masyarakat yang inklusif. Kala setiap orang memiliki kesempatan yang setara untuk berkontribusi.
Ke depan, mari jadikan ketiga hari peringatan itu sebagai pengingat bahwa kepahlawanan bukan hanya tentang mengangkat senjata atau berjuang di medan perang, tetapi tentang membuka jalan, menghapus stigma, dan memberikan harapan bagi mereka yang terpinggirkan.
Sudah saatnya kita mengangkat kisah-kisah pahlawan baru dari kalangan disabilitas yang berjuang melawan keterbatasan dan meraih mimpi mereka sebagai sebuah gerakan yang nyata. Sebab, pada akhirnya, pahlawan sejati adalah mereka yang bergerak membawa perubahan. Tidak peduli bagaimana kondisi fisik atau keterbatasan yang dimilikinya.
KEPAHLAWANAN BARU
Di masa depan, penting bagi kita untuk mulai merancang sebuah narasi kepahlawanan yang lebih inklusif. Kepahlawanan tidak hanya ditentukan oleh siapa yang berani melawan penjajah atau yang memiliki fisik sempurna, tetapi juga oleh siapa yang berani melawan hambatan sosial dan berjuang untuk hak-hak yang seharusnya dimiliki semua orang, tanpa kecuali.
Hal itu berarti mengakui potensi setiap individu, terlepas dari keterbatasan yang mungkin dimiliki. Pahlawan disabilitas bukan hanya sebagai inspirasi, tetapi juga sebagai contoh konkret bagaimana masyarakat dapat berkembang menuju inklusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: