Ramadan Kareem 2025 (10): Ramadan dan Daun Sang Mahacinta

Sebuah “kubus cinta” telah disediakan oleh redaktur dan kita semua terpanggil untuk merajut setiap “kosmologi debu” dalam cawan kolektif saling menggiring rindu dengan berbagi pemaknaan atas Ramadan Kareem. --iStockphoto
HARIAN DISWAY - Ramadan terus bergerak dan menggeliatkan aktivitas umat. Termasuk membersamai pembaca Harian Disway. Alhamdulillah Gusti Kang Mohoakaryo Jagad yang gumelar tanpa sekat.
Engkaulah yang menenunkan perjumpaan ini dalam lorong hidmat silaturahmi Ramadan bersama Harian Disway, lebih sepekan ini. Allah SWT melapangkan cakrawala dan menemukan titik koordinat “perjamuan wicara” bersama-sama membuncahkan ingatan sambil meretas bayangan untuk menarasikan permenungan dalam hari-hari puasa Ramadan.
Ini akan menjadi “rahim peneguhan” pengepakan “sayap akademik” di ranah bentara spiritual dalam merespons setiap tanda-tanda keberadaan seluruh karya Yang Maha Berada.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (1): Barakallah, Puasa Lagi, Kan...
Sebuah “kubus cinta” telah disediakan oleh redaktur dan kita semua terpanggil untuk merajut setiap “kosmologi debu” dalam cawan kolektif saling menggiring rindu dengan berbagi pemaknaan atas Ramadan Kareem.
Semua memang bermula dan semburat untuk menggumpal dalam ketunggalan-Nya. Terhadap hal ini saya teringat senandung cinta abadi Maulana Jalaluddin Rumi (1207-1273) yang geguritannya direkam Annemarie Schimmel (1922-203):
Pergilah ke pangkuan Tuhan
dan Tuhan akan memelukmu dan menciummu,
dan menunjukkan
Bahwa Ia tidak akan membiarkanmu lari dari-Nya.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (2): Titian Kerinduan
Ada penanda, kita tidaklah ada di luar orbit kuasa-Nya. Lantas, sudah sampai di mana kita menempuh perhelatan jalur kelana-Nya saat Ramadan ini? Inilah yang akan kuramu sebagai jamuan setiap hari.
Terawang pandang dihidangkan dalam manisfestasi Ramadan yang menghadirkan lazuardi Illahiyah yang berbasiskan pemaknaan ekologis cipta-Nya, meski terkadang mengalirkan Fiqh Lingkungan.
Ekspresi yang akan tampak adalah membaca setiap fakta yang realistis maupun yang fenomenal sebagai sinyal bersimpuh kepada Gusti Allah dengan kedalaman jiwa ruhaniah, keluasan pikir intelektual, dan kekokohan iman tauhid untuk memanunggalkan bersit cahaya ke ruas-ruas sumbu Mahacahaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: