Ramadan Kareem 2025 (10): Ramadan dan Daun Sang Mahacinta

Sebuah “kubus cinta” telah disediakan oleh redaktur dan kita semua terpanggil untuk merajut setiap “kosmologi debu” dalam cawan kolektif saling menggiring rindu dengan berbagi pemaknaan atas Ramadan Kareem. --iStockphoto
Ayat ini sudah sangat dihapal pembaca: Q.S. Al-an’am ayat 59 memberi pekabaran agung yang spektakuler. Simaklah, “dan kunci-kunci semua yang ghaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata”.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (7): Revolusi Ramadan
Sabda Tuhan mutlak dapat dipercaya (muwattsaqah) dan saya mengimaninya. Setiap sesuatu ada dalam kendali-Nya yang tidak berentang. Di karya babon kesufiannya, Masnawi, Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Quwuni (Rumi) menyuarakan gelombang kearifannya seperti diterjemahkan Abdul Hadi W.M. (2017).
“... Dia berbicara kepada batu dan batu pun menjelma mutu manikam berkilau-kilauan. Dia menyampaikan isyarat kepada tubuh, dengan demikian tubuh mengandung ruh. Dia bertutur kepada matahari sehingga sinarnya terang benderang. Dia meniupkan kata-kata takut ke telinga matahari, dan matahari pun hancur berkeping-keping."
"Saksikan bagaimana Dia mengembuskan doa-doa ke telinga awan, sehingga awan sedih dan air mata tercurah dari kedua pelupuk matanya, bagaikan semburan air. Lihat bagaimana Tuhan meniupkan doa-doanya ke telinga bumi, sehingga bumi terpaku dan tidak pernah beranjak meninggalkan tempatnya”.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (8): Sepekan Keindahan
Teramat banyak hal yang mestinya kita renungi saat Ramadan ini, terkadang dan sering kali justru terabaikan. Kembalilah. Tuhan begitu perhatian, termasuk atas peristiwa helaian daun yang berguguran.
Gugurnya daun disemat dalam Kitab Suci Al-quran sebagai prosedur “protokoler birokrasi-Nya” agar kita mau mempelajari. Berguru sambil menghitung setiap lembar daun yang sebelum gugur, dia adalah “mesin pemproduksi” oksigen bagi kehidupan.
Sudahkah kita mengkalkulasi jumlah tarikan nafas kita setiap harinya, sambil menakar kebutuhan oksigennya. Daun yang berguguran akan “bertajalli” sambil “sungkem” ke Bumi sebagai Ibunya. Daun itu menyeka dan merabuki Ibunya agar Sang Ibu terus mampu menjalankan tugas kesemestaannya.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (9): Menghindari Talbis Iblis
Setiap lembar daun ternyata matarantai kehidupan. Kini kepadamu kubertanya: berapa “induk” daun telah kau rawat agar pohon-pohon terus menghasilkan oksigen dan bumi berkesinambungan kesuburannya?
Mengaji dari daun tak cukup ditulis dalam seribu jilid buku, karena setiap helai daun itu memanggul ayat-ayat Sang Maha Cinta yang dapat menjadi “titian” bertajalli kita. Senyampang Ramadan, renungkanlah. Barakallah. (*)
*) Guru Besar Fakultas Hukum dan Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim, dan Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: