Ahmad Tohari, Esther Haluk, dan Murdiono Mookoginta Raih Penghargaan Penulis 2024

Ahmad Tohari, Esther Haluk, dan Murdiono Mookoginta Raih Penghargaan Penulis 2024

Denny JA, selaku Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, sekaligus Penggagas Lembaga Kreator Era AI.--

Dengan karya mutakhirnya, "Abad Transisi: Bolaang Mongondow dalam Catatan Kolonial Abad XIX-XX" (2024), Murdiono Mokoginta (Dion) tidak hanya mencatat sejarah. Ia juga menghidupkannya dengan bahasa yang ringan, namun tetap berbobot.

Buku ini mengungkap dinamika sosial, budaya, religi, dan politik Bolaang Mongondow pada abad ke-19 dan 20. Ia menawarkan wawasan yang mendalam sekaligus relevan. Dion menjadikan buku ini dapat diakses oleh semua kalangan.

Dari akademisi hingga masyarakat umum, sebuah pencapaian yang jarang ditemui dalam literatur sejarah. Penghargaan ini juga mengakui keberanian dan komitmen Dion untuk mendokumentasikan sejarah lokal.

BACA JUGA: LSI Denny JA: Dukungan ke Prabowo-Gibran Meningkat dari 7 Area

Di tengah arus globalisasi, fokus pada narasi lokal seperti yang Dion lakukan menjadi semakin penting. Ia tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memperkuat identitas komunitasnya.

Buku ini adalah kado istimewa untuk HUT Kabupaten Bolaang Mongondow, sekaligus warisan bagi generasi mendatang. Dion menunjukkan dedikasi luar biasa untuk memastikan bahwa sejarah Bolaang Mongondow tidak hanya dikenal, tetapi dihargai.

Sebagai akademisi muda, Dion telah membangun fondasi yang kokoh bagi studi sejarah lokal, membuka ruang peradaban baru bagi komunitasnya, dan menunjukkan bahwa narasi lokal dapat memiliki dampak global.

BACA JUGA: Denny JA: Pascaputusan MK, saatnya Politik Move On

Dion adalah bukti bahwa sejarah tidak hanya milik masa lalu, tetapi juga alat untuk memahami siapa kita hari ini. Melalui "Abad Transisi", ia mengajak pembaca untuk melihat Bolaang Mongondow bukan hanya sebagai tempat di peta.

Tetapi sebagai bagian penting dari narasi sejarah Indonesia. Dermakata Award 2024 Kategori Nonfiksi adalah pengakuan atas dedikasinya yang tak tergoyahkan untuk menghidupkan kembali sejarah lokal, menjadikannya relevan dan inspiratif.

Dengan pena sebagai alatnya, Dion telah membuktikan bahwa kata-kata mampu membangun jembatan lintas generasi dan lintas budaya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: