Lawatan Tim FISIP Universitas Airlangga ke Jepang (4): Kenapa Membangun Kolaborasi dengan PT di Tokyo Sulit?

Lawatan Tim FISIP Universitas Airlangga ke Jepang (4): Kenapa Membangun Kolaborasi  dengan PT di Tokyo Sulit?

TIM FISIP Universitas Airlangga berkunjung ke KBRI Tokyo dan menggelar pertemuan dengan sejumlah pejabat di kedutaan.-Bagong Suyanto untuk HARIAN DISWAY-

Seperti dikatakan Amzul Rifin, membangun kolaborasi dengan para akademisi di Jepang adalah sebuah proses investasi jangka menengah dan bahkan jangka panjang.

Dalam cerita rakyat di Indonesia, menurut Aula, ada cerita tentang Roro Jonggrang yang diceritakan sanggup membangun candi hanya semalam. Untuk kasus kerja sama dengan universitas di Jepang, jangan pernah berharap akan dapat dibangun hanya dalam hitungan hari. 

Tidak mungkin utusan dari sebuah universitas di Indonesia datang ke kampus di Tokyo kemudian membawa MoU dan meminta bisa segera dilaksanakan acara seremonial penandatanganan kerja sama bersama.

Kebiasan yang berlaku di universitas di Jepang, menjalin kerja sama dengan mereka senantiasa membutuhkan kesabaran ekstra dan harus ditempatkan sebagai proses investasi jangka panjang. Berkolaborasi adalah proses yang berjalan gradual. 

Menurut Amzul Rifin, tidaklah elok dan karena itu tidak etis jika delegasi dari universitas di Indonesia tiba-tiba datang dan meminta kerja sama resmi dengan universitas di Jepang yang mereka datangi. Tanpa terlebih dahulu ada pendekatan personal, sulit diharapkan kerja sama dengan universitas di Jepang dapat terwujud.

KONFERENSI

Salah satu tujuan tim FISIP Universitas melawat ke Jepang sebetulnya adalah menjajaki kemungkinan dosen-dosen muda di FISIP agar dapat melanjutkan program doktoral di Jepang. 

Selama ini telah banyak dosen yang melanjutkan studi ke Australia, Inggris, dan Taiwan. Namun, untuk dosen yang melanjutkan program doktoral ke Jepang nyaris tidak ada.

Amzul Rifin, dalam menjawab pertanyaan kami soal kemungkinan dosen-dosen muda kami melanjutkan pendidikan ke Jepang, memberikan jalan keluar yang menarik. 

Menurut Amzul, untuk membangun pendekatan yang sifatnya personal, dosen-dosen muda yang ada perlu memulai ikut konferensi di Jepang. Dengan memiliki kontak langsung dengan intelektual, peluang untuk menjajaki kerja sama akan menjadi lebih terbuka.

Di Jepang, nyaris tidak mungkin seseorang dapat melanjutkan kuliah hingga jenjang doktoral jika tidak didukung dana yang cukup. Sementara itu, untuk mendapatkan beasiswa, harus disadari bukanlah hal yang mudah. 

Diperlukan kesabaran dan keseriusan untuk terus menjalin komunikasi dengan calon promotor atau sensei di Jepang agar peluang dapat lolos seleksi menjadi lebih terbuka.

Meski melanjutkan kuliah di Jepang, sering kali penguasaan bahasa Jepang menjadi kendala. Namun, bagi calon mahasiswa yang serius, niscaya jalan keluar selalu tersedia. Seperti dikatakan Wakil Duta Besar Jepang Renata, dibutuhkan ekstra sabar dan pemahaman budaya yang mendalam jika kampus-kampus di Indonesia ingin mencari mitra dari universitas di Jepang. (*)


*)Jusuf Irianto adalah guru besar Departemen Administrasi Publik, FISIP, Universitas Airlangga.


*)Bagong Suyanto adalah dekan FISIP, Universitas Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: