Lawatan Tim FISIP Universitas Airlangga ke Jepang (6-Habis): Kyoto University

Lawatan Tim FISIP Universitas Airlangga ke Jepang (6-Habis): Kyoto University

RAHMA Sugihartati (tengah) dan Bagong Suyanto di Kyoto University.-Bagong Suyanto untuk HARIAN DISWAY-

PERTEMUAN dengan Center for Southeast Asian Studies, Kyoto University, dilaksanakan Jumat, 6 Desember 2024. Tim FISIP Universitas Airlangga berangkat dari Stasiun Tokyo ke Kyoto dengan kereta api cepat Shinkansen

Kereta api itu terkenal sebagai salah satu sarana transportasi yang banyak dimanfaatkan penduduk Jepang maupun wisatawan yang liburan ke Jepang. Kondisi kereta api Shinkansen sangat bersih dan nyaman. Tidak banyak guncangan yang kami alami selama perjalanan ke Kyoto. 

Waktu tempuh ke Kyoto sekitar 2 jam 20 menit. Kami hanya berhenti di tiga stasiun, yakni Stasiun Shinagawa, Shin-Yokohama dan Nagoya –sebelum pemberhentian di Kyoto. Dari Stasiun Kyoto, kami membutuhkan waktu 30 menit naik bus umum menuju Kyoto University. 

BACA JUGA:Lawatan Tim FISIP Universitas Airlangga ke Jepang (1): Menjajaki Kerja Sama dengan PT di Jepang

Kami memilih naik bus karena tarifnya murah. Rombongan kami 8 orang dan per orang kami harus membayar 220 yen untuk tarif bus menuju Kyoto University. Di Kyoto, bus seperti juga di Tokyo, kondisinya bagus dan bersih. 

PERPUSTAKAAN KHUSUS

Sebelum bertemu dan berdiskusi dengan Direktur Center for Southeast Asian Studies, kami terlebih dahulu berkunjung ke perpustakaan khusus yang dimiliki pusat studi di Kyoto University. 

Kami dipandu Minami Toso, kepala perpustakaan Center for Southeast Asian Studies. Minami memperkenalkan dirinya dalam bahasa Indonesia. Minami menginformasikan bahwa ia oleh teman-temannya Indonesia dipanggil dengan nama Mbak Amina.

BACA JUGA:Lawatan Tim FISIP Universitas Airlangga ke Jepang (2): Perpustakaan dengan Pemandangan Taman yang Luar Biasa

Minami pada 2019 memang pernah setahun tinggal di Yogyakarta. Jadi, Minami lumayan fasih berbahasa Indonesia. Mbak Amina yang asli gadis Jepang itu selama 30 menit mengajak kami berkeliling melihat berbagai koleksi yang dimiliki Center for Southeast Asian Studies. 

Koleksi yang dimiliki lembaga itu unik dan spesifik. Lembaga tersebut mengkhususkan diri mengoleksi kepustakaan yang mengkaji tentang Indonesia, Thailand, dan studi tentang masyarakat di Asia Timur.

Secara keseluruhan, jumlah koleksi yang dimiliki Center for Southeast Asian Studies kurang lebih 270 ribu koleksi. Ada sekitar 100 jurnal ilmiah yang dikoleksi. Namun, koleksi yang dimiliki tidak hanya jurnal dan buku teks, tetapi juga data statistik dan sejumlah jurnal serta masalah dari berbagai negara. 

BACA JUGA:Lawatan Tim FISIP Universitas Airlangga ke Jepang (3): Warga Kota Tokyo, Benarkah Soliter?

Di salah satu rak perpustakaan kami melihat ada majalah Gatra edisi terakhir sebelum majalah itu memutuskan untuk tidak lagi menerbitkan edisi selanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: