Tanwir Muhammadiyah: Memakmurkan dan Mencerahkan
ILUSTRASI Tanwir Muhammadiyah: Memakmurkan dan Mencerahkan. Tanwir Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dihadiri Presiden Prabowo Subianto.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Muhammadiyah dan Kisah Tiga Monyet
BACA JUGA:PP (Perusahaan Pertambangan) Muhammadiyah
Presiden Soeharto pernah menempuh pendidikan di sekolah Muhammadiyah. Juga, Jenderal Besar Soedirman. Panglima besar TNI yang pertama itu adalah kader Muhammadiyah. Untuk itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa di dalam diri TNI telah mengalir darah Muhammadiyah.
Secara istilah, ”tanwir” berarti bercahaya, menerangi, mencerahkan, atau yang tercerahkan. Di kalangan aktivis Muhammadiyah sangat familier dengan kata pencerahan, di samping istilah maju, modern, dan berkemajuan.
Merujuk data Pusdatlitbang Suara Muhammadiyah, tanwir mulai digunakan di Muhammadiyah pada November 1932. Kata itu, sebagai suatu kegiatan permusyawaratan, diresmikan dalam Muktamar Ke-24 Muhammadiyah di Banjarmasin pada 1935.
BACA JUGA:Holding Muhammadiyah, Waralaba Nahdlatul Ulama (NU)
BACA JUGA:Penarikan Dana Muhammadiyah
Terma tanwir baru tercatat dalam dokumen resmi Persyarikatan sebagai bentuk permusyawaratan tertinggi dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Tahun 1959. Dalam Bab VI pasal 16 dikatakan: ”Tanwir ialah permusyawaratan tertinggi dalam Persyarikatan pada waktu tidak ada muktamar”.
Dalam Pasal 24 ayat 1 Anggaran Dasar Muhammadiyah edisi mutakhir secara eksplisit dijelaskan, tanwir ialah permusyawaratan dalam Muhammadiyah di bawah muktamar, diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab pimpinan pusat.
Sebagai permusyawaratan tertinggi di bawah muktamar, tanwir di Kupang, NTT, terasa sangat bermakna. Hampir semua pengisi acara adalah anak-anak berkategori ”krismuha” alias Kristen Muhammadiyah.
BACA JUGA:Pola Relasi Baru NU-Muhammadiyah
BACA JUGA:Post Muhammadiyah Buya Syafii
Mereka belajar di sekolah atau kampus Muhammadiyah di Kupang. Melalui lembaga pendidikan mulai level pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar dan menengah, hingga pendidikan tinggi, Muhammadiyah benar-benar mencerdaskan dan mencerahkan untuk semua.
Tidak ada sedikit pun niat Muhammadiyah untuk mengislamkan, apalagi memuhammadiyahkan peserta didiknya. Bagi Muhammadiyah, soal agama merupakan pilihan yang sangat asasi bagi setiap orang.
Jika ada alumni lembaga pendidikan Muhammadiyah menjadi muslim dan aktivis Muhammadiyah, hal itu merupakan berkah yang luar biasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: