Ubisoft di Ambang Kehancuran, Tahun 2025 Jadi Penentuan
Makin jatuh, kini kondisi Ubisoft sedang di ambang kejatuhan. --instantgaming
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Ubisoft dikenal sebagai penghasil game-game berkualitas. Seperti Prince of Persia, Splinter Cell, hingga Assassin’s Creed. Perusahaan asal Prancis itu menciptakan pengalaman bermain yang mendunia.
Namun kini, bayangan kebangkrutan semakin nyata. Berdasarkan laporan keuangan terbaru, Ubisoft terancam bangkrut pada 2025 jika situasi tak segera berubah.
Laporan keuangan Ubisoft menunjukkan lonjakan utang yang signifikan. Hingga 2024, total utang bersih mereka mencapai 1,4 miliar euro, naik drastis dari 880,8 juta euro pada 2023. Sementara itu, cadangan kas mereka turun menjadi hanya 932 juta euro. Membuat kondisi finansial semakin sulit.
Di pasar saham, situasinya tidak kalah suram. Harga saham Ubisoft kini hanya 12,30 euro, turun hampir 80 persen dibandingkan lima tahun lalu. Angka itu mencerminkan kepercayaan investor yang terus menurun terhadap masa depan perusahaan.
BACA JUGA:Patch Terbaru Call of Duty: Black Ops 6 Menghadirkan Tokoh Squid Game, Ada Young-hee Juga!
BACA JUGA:Overcooked 2: Kevin’s Christmas Cracker, Game Seru Cocok Dimainkan Saat Natal
Digadang-gadang menjadi pembalik keadaan, Assassin's Creed Shadow malah flop. --gamesradar
Kerugian Ubisoft juga dipicu oleh kegagalan proyek-proyek ambisius mereka. Star Wars Outlaws, misalnya, dilaporkan memiliki angka penjualan yang jauh di bawah ekspektasi. Bahkan, pre-order game itu disebut sangat rendah. Memaksa Ubisoft merilisnya di Steam segera setelah peluncuran.
Keputusan tersebut menunjukkan upaya putus asa untuk meningkatkan pendapatan, sesuatu yang tidak mereka lakukan pada Assassin’s Creed Valhalla.
Selain itu, proyek lain seperti XDefiant dibatalkan. Sementara Skull & Bones menghabiskan biaya pengembangan hingga 850 juta dolar selama lebih dari satu dekade. Investasi besar itu hampir mustahil untuk kembali modal.
Faktor lain yang menambah tekanan adalah jumlah tenaga kerja Ubisoft yang mencapai 18.666 orang. Biaya gaji tahunan diperkirakan mencapai 746,6 juta euro. Di tengah krisis keuangan, angka itu menjadi beban yang sulit ditanggung.
BACA JUGA:Review Modulus: Game Simulasi Otomasi Pabrik yang Menantang Pikiran
BACA JUGA:This Is the Police, Game Simulasi Rasakan Sensasi jadi Polisi
Laporan juga menyebutkan bahwa Ubisoft harus mempekerjakan kontraktor eksternal karena banyak karyawan internalnya kurang berpengalaman. Hal itu berdampak pada kualitas produk yang menurun dan biaya produksi yang semakin membengkak.
Dalam dunia investasi, peringkat kredit menjadi indikator utama kesehatan finansial perusahaan. Berdasarkan analisis, peringkat kredit Ubisoft diperkirakan berada di B-, yang masuk kategori junk rating.
Artinya, risiko kebangkrutan sangat tinggi. Dengan kondisi sekarang, peringkat itu bahkan bisa turun ke CCC, hanya dua langkah dari standar total.
Harapan sempat disematkan pada Assassin’s Creed Shadows. Namun, sejak diumumkan, game itu justru menuai kritik dari para penggemar. Penundaan peluncuran untuk "peningkatan kualitas" hanya menambah keraguan apakah game itu bisa menjadi penyelamat. Karenanya ada rumor akuisisi Ubisoft oleh Tencent.
Ubisoft adalah contoh bagaimana salah kelola dan keputusan strategis yang buruk dapat menghancurkan raksasa industri. Dari puncak kejayaan, kini perusahaan ini berada di ambang kehancuran. Tahun 2025 akan menjadi penentu apakah Ubisoft masih bisa bertahan atau tenggelam selamanya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: