Cerita Diaspora oleh Mohammad Rozi (2): Bersaing dengan Tempe Belanda

Hasil olahan tempe yang pernah dilombakan oleh Mohammad Rozi di Birmingham, UK. --
HARIAN DISWAY - Tak cuma satu kawan menyarankan saya untuk scale up. Memproduksi tempe dalam jumlah lebih masif. Saran yang sangat menarik. Dan bukannya saya mengabaikan. Saya pun membuat hitung-hitungan. Hasilnya, saya tidak meneruskan ide tersebut. Ada beberapa alasan.
Pertama, bagi saya membuat tempe itu sebuah kesenangan. Terlebih ketika tempe siap diterimakan kepada konsumen dalam keadaan fresh, ini bagian paling menyenangkan.
Kerap kali para pelanggan menciumi aroma sedap tempe. Melihat mereka senang sungguh menghibur. Setelah sekian waktu mereka menanti-nanti, yang diharapkan datang. Menyenangkan, bukan.
BACA JUGA: Cerita Diaspora dari Mohammad Rozi (1): Gurihnya Merintis Jualan Tempe di Inggris
Kedua, saya memang tidak ingin tempe saya dibeli dan diterima pelanggan dalam keadaan beku. Tekstur dan rasanya jelas sangat berbeda. Jika sama-sama membeli tempe beku, mending beli di toko Tiongkok, harga jauh lebih murah.
Ketiga, memproduksi secara massal berarti juga butuh konsumen dalam jumlah besar. Paling tidak juga mereka mengonsumsi tempe sekali dalam dua hari. Nah, itu yang tidak ada di Birmingham.
Jika ingin memperluas pasar, konsuensinya adalah tempe mesti dijual dalam keadaan beku. Jika selama ini saya bisa mengirim ke lain kota, itu hanya bisa dilakukan pada hari tempe jadi. Tempe jadi pagi, hari itu juga saya harus mengantar ke kota tempat pemesan. Tidak bisa lewat hari. Di hari berikutnya, aroma dan rasa tempe sudah berubah.
Mohammad Rozi (kiri) bersama pelanggan tempe di Kota Warwick. --
Keempat, terkait dengan alasan ketiga. Membuat pabrik tempe, biayanya terlalu mahal dibandingkan dengan ketersediaan pasar. Butuh mesin pemecah kedelai lebih yang harganya nggak nahan. Juga dibutuhkan inkubator lebih besar lagi dengan kebutuhan energi jauh lebih besar.
Perlu diingat, untuk tumbuhnya jamur tempe, dibutuhkan suhu ruang di atas 26 derajat C. Sedangkan suhu ruang rata-rata di Inggris 20-22 derajat C. Belum lagi kebutuhan freezer. Dengan pasar yang terlalu luas, untuk kelangsungan usaha, tempe harus dibekukan sebelum diterima pelanggan. Di antaranya kepada para pelanggan di Warwick yang cukup banyak di sana.
Sekadar tahu Warwick adalah sebuah kota yang terletak di Warwickshire. Kota ini berada di dekat Sungai Avon, 11 mil (18 km) di selatan Coventry dan barat Leamington Spa dan Whitnash.
Mohammad Rozi bersama Aziz (kanan), distributor tempe Coventry. --
Jarak perjalanan dari Birmingham Moor Street ke Warwick sekitar 31 km. Dengan kereta api, perjalanan ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 24 menit. Jarak Bandara Internasional Birmingham ke Warwick sekitar 21 km.
Saya bisa memastikan, harga tempe saya akan tetap lebih mahal dibandingkan dengan tempe Belanda. Jika sama-sama beku, pelanggan tentu memilih yang lebih murah. Sebagai catatan, saya pernah membekukan tempe saya. Tekstur dan rasanya tak jauh beda dengan tempe Belanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: