Umat Konghucu Gelar Cisuak Larung di Pantai Kenjeran, Ritual Tahunan Jelang Imlek
Prosesi cisuak larung di Selat Madura oleh umat Konghucu dari Kelenteng Boen Bio, Surabaya, 24 Januari 2025.-Guruh DN-
Dari cisuak awal tersebut, kertas kim cua berisi harapan berbentuk gunung dibakar usai peribadatan. Asap yang membubung dipercaya akan sampai kepada Tuhan.
Usai berdoa di bibir pantai, Liem dan para umat Konghucu menaiki perahu. Mereka dibawa ke titik tengah Selat Madura. Posisi itu dipilih karena arusnya paling deras.
Rombongan umat Konghucu diangkut perahu ke laut lepas Selat Madura. Di titik tengah selat tersebut, mereka melarung kertas kim cua berbentuk penyu.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Xiao Nian, Tradisi Masyarakat Tiongkok Sebelum Imlek
“Dalam kepercayaan kami, laut adalah muara segala sungai. Semua keburukan akan hilang ditelan arus laut,” ungkap Liem. Maka, arus yang deras itulah yang akan menghanyutkan hal-hal buruk.
Ketika perahu mulai dijalankan, Liem menyalakan setumpuk dupa. Kemudian dibagikan kepada 4 umat yang turut serta dalam prosesi tersebut.
Liem mulai merapal doa. Diperuntukkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Meminta izin untuk melarung segala kesialan, dan meminta berkat-Nya.
BACA JUGA:Jelang Imlek, Kelenteng Boen Bio Gelar Cisuak sebagai Tolak Bala
Selama beberapa menit, perahu berjalan semakin ke tengah. Daratan pantai mengecil. Tampak jembatan Suramadu kokoh berdiri. Perahu berayun-ayun meski gelombang relatif tenang.
Nelayan mematikan mesin. Para umat sampai di titik tengah selat Madura. Selama beberapa menit, perahu terombang-ambing dalam keheningan.
Usai doa, Liem berdiri dan meninggikan dupa. Setelah itu, ia mengambil bebungaan dari wadah yang telah disediakan. Digenggamnya bunga-bunga itu. Kemudian ditaburkan ke laut bersama dupa-dupa. Kemudian melarung kim cua penyu.
BACA JUGA:Tahun Baru Imlek 2025, Ini Panduan Umum untuk Shio Ular di Tahun Ular
Nilan Kusumawati (Holan), melarung kertas-kertas berbentuk penyu tersebut. "Semoga semua energi negatif ditelan arus laut. Bukan membuang kertas kim cua. Tapi membuang kesialan," ujarnya.
Haruka Shirakawa, umat yang lain, bershio monyet. Tahun ini shionya ciong. "Ikut cisuak supaya segalanya dilancarkan. Apalagi saya mau skripsi," ujar mahasiswi Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala itu, kemudian tersenyum.
Setelah usai, perahu pun kembali ke pantai. Prosesi itu merupakan tahap akhir cisuak. "Sudah digelar semua. Komplet. Setelah ini, kami akan bersih-bersih kelenteng. Mencuci rupang dan mengganti beberapa piranti lama dengan piranti baru," ujar Liem.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: