Magis di Balik The Mogus

 Magis di Balik The Mogus

ILUSTRASI magis di balik The Mogus karya Mang Moel.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

KARYA SENI instalasi rajutan The Mogus karya Mang Moel, yang dipamerkan di Orasis Art Space, Surabaya, sejak November tahun lalu tidak hanya menonjolkan keindahan visual, tetapi juga menawarkan pengalaman estetika yang unik dan bermakna dalam. 

Melalui teknik rajutan, Mang Moel menghidupkan karakter imajinatif The Mogus, kepanjangan dari Monster, Gurita, dan Sigarantang yang terinspirasi keindahan laut di Pulau Alor, NTT. 

Di balik karakter imajinatif itu, The Mogus berfungsi sebagai alter ego sang seniman, sekaligus mencerminkan unsur antropomorfik yang memberikan dimensi emosional dan filosofis. 

Karya itu merupakan eksplorasi artistik yang menghubungkan seni, identitas pribadi, dan alam dalam konteks seni kontemporer.


SALAH satu The Mogus karya Mang Moel.-Aniendya Christianna untuk Harian Disway-

The Mogus bukan sekadar sebuah karya seni dengan medium rajutan. Ia adalah representasi diri Mang Moel, sebuah alter ego yang memungkinkan Mang Moel untuk mengekspresikan sisi emosional dan intelektual yang mungkin sulit terungkapkan melalui identitas aslinya. 

Dalam konsep psikologi, alter ego kali pertama diperkenalkan Sigmund Freud sebagai bentuk ekspresi kepribadian yang berbeda dari identitas utama seseorang. 

Sebagai alter ego, The Mogus menjadi saluran bagi Mang Moel untuk mengomunikasikan ide, perasaan, dan pandangannya tentang dunia –baik itu mengenai alam, manusia, maupun identitas budaya Indonesia. 

Sebagai sebuah alter ego, karya itu memberikan kebebasan ekspresi bagi seniman, mengatasi batasan sosial yang sering kali membatasi pengungkapan diri, dan menciptakan sesuatu yang transformatif yang mengundang audiens untuk berkontemplasi.

Selain berfungsi sebagai alter ego, The Mogus membawa elemen antropomorfik, yaitu pemberian atribut manusia pada objek nonmanusia. Dalam konteks seni, antropomorfisme mengacu pada penambahan sifat-sifat manusia pada suatu objek atau makhluk yang sebenarnya tidak hidup (rekaan). 

The Mogus bukan hanya monster laut yang aneh, melainkan juga memiliki kemampuan untuk mengekspresikan emosi dan sikap yang biasa ditemukan pada manusia. Misalnya, suka berkuliner dan bermain musik. 

Dengan teknik rajutan yang kaya detail dan tekstur, The Mogus mampu menunjukkan ekspresi wajah dan postur tubuh yang mengisyaratkan perasaan atau karakter yang lebih dekat dengan dunia manusia. 

Elemen antropomorfik itu mengundang audiens untuk berempati dan berhubungan dengan makhluk tersebut meski ia berasal dari dunia bawah laut dan merupakan hasil imajinasi.

Keunikan The Mogus terletak tidak hanya pada konsep alter ego dan antropomorfisme, tetapi juga pada cara karakter ini dikembangkan melalui teknik rajutan yang, meskipun terkesan feminin, tetap mampu memberikan kedalaman pada pesan yang ingin disampaikan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: