Netanyahu Serukan Warga Palestina Dirikan Negara Baru di Arab

Netanyahu Serukan Warga Palestina Dirikan Negara Baru di Arab

Setelah menjalani diagnosis, Netanyahu menderita kanker dan jalani operasi hari ini, Minggu 29 Desember 2024.-dok disway-

HARIAN DISWAY - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengemukakan pandangan kontroversial mengenai masa depan negara Palestina.

Ia menyebut rakyat Palestina dapat membangun negara mereka di Arab Saudi alih-alih di wilayah mereka sendiri. 

"Orang-orang Saudi bisa membuatkan negara Palestina di Arab Saudi, mereka punya banyak lahan di sana." ungkap Netanyahu dalam wawancara dalam media Israel dikutip Sabtu, 8 Februari 2025.

Menurutnya, gagasan pembentukan negara Palestina sebagai syarat untuk normalisasi hubungan dengan Arab Saudi merupakan ancaman keamanan bagi Israel.

"Setelah 7 Oktober, Anda tahu apa itu? Dulu ada negara Palestina, disebut Gaza. Gaza, yang dipimpin oleh Hamas, adalah negara Palestina dan lihat apa yang kita dapatkan." tambahnya.

BACA JUGA:Trump dan Netanyahu Bertemu di Gedung Putih, AS Akan Ambil Alih Gaza?

BACA JUGA:Netanyahu Sebut Israel Berperan Penting dalam Penggulingan Rezim Assad di Suriah

Walau begitu, Netanyahu tetap menampakkan gelagat optimistis terkait keberhasilan normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi.

Membantah hal itu, Kementerian Luar Negeri Saudi segera menegaskan bahwa normalisasi dengan Israel tidak akan terjadi tanpa berdirinya negara Palestina.

Dalam perkembangan lain, Netanyahu bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Washington pada Selasa, 4 Februari lalu.

Dalam kesempatan itu, Trump mengatakan AS akan mengambil alih Gaza dan memindahkan warga Palestina ke lokasi lain untuk mengembangkan wilayah tersebut menjadi Riviera di Timur Tengah.

Menurut laporan Axios, Netanyahu bersedia mengakhiri perang di Gaza dengan syarat pemimpin Hamas harus meninggalkan wilayah tersebut dan mengasingkan diri ke negara ketiga.

Selain itu, demi membebaskan lebih banyak sandera, kata Netanyahu, memperpanjang gencatan senjata yang dimulai 19 Januari lalu bisa dipertimbangkan.

BACA JUGA:Netanyahu Dihadapkan Surat Penangkapan ICC, Biden dan Trump Kompak Membela

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: