Penelitian Terapi Bermain untuk Anak Penderita Kanker Oleh Mahasiswi Untag, Harapan Baru di Tengah Perjuangan

Penelitian Terapi Bermain untuk Anak Penderita Kanker Oleh Mahasiswi Untag, Harapan Baru di Tengah Perjuangan

Assakinsah Siscahyaningsih Mahasiswa S1 Psikologi Untag Surabaya (kiri) dan Dosen Fakultas Psikologi Untag Surabaya, Tatik Meiyuntariningsih Memaparkan Alat Peraga Karya Dalam Peningkatan Quality Of Life Pada Anak Penderita Kanker.-Alfi Kirom-HARIAN DISWAY

Mereka menjadi lebih ceria, lebih bersemangat menjalani pengobatan, dan yang paling penting, mereka merasa tidak sendirian.

Terapi bermain menjadi salah satu cara efektif untuk membantu anak-anak. Terutama mereka yang menderita kanker dalam menghadapi tantangan mental selama perawatan.

"Anak-anak dengan kanker sering mengalami kesulitan secara emosional. Itu berdampak pada angka harapan hidup mereka. Kemoterapi membuat mental mereka jatuh. Ditambah kehilangan teman sesama penyintas. Hal tersebut semakin memperburuk kondisi psikologis mereka," ujar Dosen Fakultas Psikologi Untag Surabaya Tatik Meiyuntariningsih.

Menurutnya, penelitian terkait terapi bermain dipilih untuk mengembalikan kondisi mental anak-anak penderita kanker.

Sasaran utamanya adalah anak usia 5 hingga 10 tahun. Karena pada rentang usia itu mereka masih berada dalam tahap perkembangan kognitif konkret.

BACA JUGA:Untag Resmi Buka Fakultas Kedokteran, Fokus Pada Pneumonia

BACA JUGA:Kembangkan Kreativitas di SDN Ngagelrejo 1, Mahasiswa Ilkom Untag Berikan Keterampilan Publikasi dan Dokumentasi

"Permainan dalam terapi itu dirancang agar bisa membantu meningkatkan kesehatan mental mereka," tambah Tatik yang sekaligus menjadi dosen pembimbing Sasa.

Terapi bermain telah banyak digunakan dalam dunia psikologi anak. Sebagai pendekatan untuk membantu mereka mengekspresikan emosi dan mengatasi stres.

Dengan metode yang tepat, permainan dapat menjadi sarana efektif dalam memperkuat ketahanan mental anak-anak penderita kanker. Sehingga mereka lebih optimis dalam menjalani pengobatan.

Meski begitu, perjalanan menyelesaikan skripsi itu menemui beberapa tantangan. Seperti proses mengumpulkan data dari anak-anak penderita kanker. Itu bukanlah hal mudah. “Mereka sering merasa tidak enak badan. Jadi, saya harus menyesuaikan terapi dengan kondisi mereka,” ujarnya.

Namun, kerja kerasnya terbayar lunas. Selain berhasil menyelesaikan skripsinya, Sasa juga lulus dengan IPK 3,78 dalam waktu 3,5 tahun. “Prosesnya berat. Tapi saya merasa ini adalah sesuatu yang benar-benar berarti,” katanya.

BACA JUGA:Untag Surabaya Dukung Atlet dengan Fasilitas dan Apresiasi

BACA JUGA:Awarding Night Negeri Komunikasi Untag 2024, Usung Tema Utsava Svapna

Kini, Sasa bersiap melangkah ke fase berikutnya. Dia dijadwalkan akan diwisuda pada 22 Februari 2025. Harapannya, penelitian itu bisa menjadi referensi bagi banyak orang. Terutama para pendamping anak-anak kanker.

“Semoga metode ini bisa diterapkan di lebih banyak tempat. Agar semakin banyak anak-anak yang bisa merasakan manfaatnya,” tutupnya.

Sebuah langkah kecil, tapi dampaknya begitu besar. Bukan hanya untuk akademiknya, tapi juga untuk mereka yang tengah berjuang mempertahankan hidup. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: