Impor Summer Sonic, Siapkah Indonesia?

Impor Summer Sonic, Siapkah Indonesia?

ILUSTRASI Impor Summer Sonic, Siapkah Indonesia? -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

SENIN, 10 Februari 2024, Erick Thohir mengunggah pertemuannya dengan founder Summer Sonic Naoki Shimizu di akun media sosialnya. Dalam takarir postingan tersebut, ia menjelaskan sedang berdiskusi dan belajar untuk menarik event dan festival kelas dunia ke Indonesia.

Summer Sonic sukses dihelat perdana di luar Jepang, yaitu Bangkok, Thailand, pada 2024. Tentu saja kiriman tersebut membuat ramai para penikmat konser dan menganggap itu sebagai pertanda bahwa sangat mungkin festival musik tahunan terbesar di Jepang, Summer Sonic, akan melebarkan sayapnya ke Indonesia. Pun, Indonesia akan menjadi negara kedua di Asia Tenggara yang mengadakan festival tersebut.

Itu juga memberikan harapan besar bagi saya bahwa band-band Jepang favorit saya yang tidak pernah ke Indonesia akan tampil di sini. 

BACA JUGA:BABYMONSTER Guncang Summer Sonic 2024, Panggung Serasa Milik Sendiri!

Apalagi, di festival sekelas global seperti Summer Sonic! Namun, saya langsung membayangkan bagaimana jadinya jika festival sekelas global itu diadakan dan bekerja sama dengan promotor Indonesia. 

Realitasnya, sebagai penikmat konser musik, saya pun harus selektif dalam membuat keputusan untuk datang ke konser band favorit. ”Apakah promotornya beres?” Pertanyaan itu selalu muncul kali pertama di benak saya. Tak jarang berita tentang masalah promotor konser berlalu lalang.

Misalnya, baru-baru ini penukaran tiket konser boyband K-pop SEVENTEEN yang bertajuk Right Here pada Selasa, 4 Februari 2025, berlangsung sangat kacau. Fans terjebak dalam antrean panjang di Lotte Mall, Jakarta. Antrean memanjang hingga area basemen, bahkan ke tanah kosong di sebelah mal. 

Parahnya lagi, terdapat sebuah video viral di media sosial X bahwa salah seorang fans diduga kakinya terlindas mobil saat mengantre di basemen karena crowd control yang berantakan.

Jika ditelusuri lebih jauh, masih banyak berita seperti itu yang dapat dijumpai. Masalah seperti banyak penonton kecopetan, proses refund yang berujung janji manis, fasilitas kurang memadai, hingga seating mahal yang malah pandangannya terhalang kolom dari venue. 

Bagaimana jika Summer Sonic? Bisa-bisa sistem ticketing masih kacau dan banyak calo merajalela. Yang terparah, fasilitas venue buruk dan keamanan minim. 

Jika semua itu masih terjadi, lantas bagaimana kita bisa menjamin bahwa festival kelas dunia akan berjalan dengan baik di Indonesia? Alih-alih mendatangkan pengalaman spektakuler, justru berisiko menambah daftar panjang konser yang bermasalah dan mengecewakan penonton. 

Bisa-bisa, itu dapat mencoreng reputasi Indonesia sebagai tuan rumah festival musik di mata dunia. Itu juga dapat membuat artis dan promotor internasional berpikir dua kali sebelum membawa acara mereka ke sini.

Indonesia sebenarnya punya potensi besar untuk menjadi pusat festival musik dunia. Hammersonic, misalnya, kini diakui sebagai festival musik keras terbesar di Asia Tenggara. 

Menurut CEO Ravel Entertainment Ravel Junardy, dalam acara The Weekly Brief with Sandi Uno, sebanyak 20 hingga 25 persen atau sekitar 7.500 orang berasal dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Argentina, dan beberapa negara dari benua Eropa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: