Berharap Ada Damai, Thailand dan Kamboja Sepakat Bertemu

Berharap Ada Damai, Thailand dan Kamboja Sepakat Bertemu

TENTARA THAILAND bergerak menuju pos penjagaan di provinsi Si Sa Ket, perbatasan Kamboja-Thailand, Sabtu, 26 Juli 2025.-LILLIAN SUWANRUMPHA-AFP-

SUARA ledakan terdengar. Jendela-jendela di kota Samraong, Kamboja, bergetar. Artileri kembali mengguncang kawasan perbatasan Kamboja-Thailand pada Minggu pagi, 27 Juli 2025. Itulah hari keempat bentrok berdarah antara dua negara Asia Tenggara itu. Belum ada tanda konflik mereda. Meskipun dunia berharap sebaliknya.

Di tengah kecamuk senjata dan eksodus ratusan ribu warga, muncul secercah harapan. Pemerintah Thailand mengumumkan bahwa penjabat Perdana Menteri Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet akan bertemu di Kuala Lumpur, Senin, 28 Juli 2025. Pertemuan itu dimediasi oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, selaku Ketua ASEAN.

Pertemuan itu akan menjadi momen krusial untuk membendung eskalasi. Sebab, sejauh ini sudah ada 34 orang tewas dan 200 ribu warga mengungsi akibat perang.

Anda sudah tahu, konflik itu memang bukan kisah baru. Perbatasan sepanjang 800 kilometer antara kedua negara telah lama menjadi sumber ketegangan. Terutama di sekitar situs-situs kuil kuno yang diklaim oleh kedua pihak.

BACA JUGA:Konflik Thailand–Kamboja Tewaskan 35 Orang, Ratusan Ribu Warga Sipil Mengungsi

BACA JUGA:Perwakilan Thailand dan Kamboja Dijadwalkan Bertemu Hari Ini, Militer Masih Saling Serang di Perbatasan

Ketegangan terakhir itu dipicu oleh insiden pada Mei 2025. Seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan perbatasan. Ketika hubungan belum pulih, dunia dikejutkan oleh kebocoran percakapan antara eks PM Hun Sen dan PM Thailand Paetongtarn Shinawatra. Isinya: dugaan bahwa Thailand bersikap lunak terhadap Kamboja.

Dampaknya politik di Bangkok langsung terasa. Paetongtarn diskors oleh pengadilan. Publik Thailand menuntut sikap lebih keras. Emosi nasionalis menguat. Medan tempur pun terbuka.

Minggu dini hari, kedua pihak kembali baku serang di dekat dua kuil kuno di perbatasan utara. Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menyatakan pasukan Thailand menyerang lebih dulu pukul 04.50 pagi.

Sebaliknya, militer Thailand menyebut justru Kamboja yang mulai menembakkan artileri pukul 04.00.


PENGUNGSI KAMBOJA mengantre makanan di dekat sebuah pagoda di Provinsi Oddar Meanchey, 27 Juli 2025. Mereka mengungsi akibat perang di perbatasan.-TANG CHHIN SOTHY-AFP-

Warga sipil yang tinggal di sekitar garis tembak menjadi korban langsung. “Kami tak merasa aman lagi,” kata Maefah, 61, warga Provinsi Surin, Thailand, saat bersiap mengungsi. Di sisi lain, dentuman senjata terus terdengar di kota Samraong, hanya 20 kilometer dari garis depan.

Konflik juga menyebar hingga ke wilayah pesisir. Kamboja menuding Thailand menembakkan lima peluru artileri berat ke Provinsi Pursat, yang berbatasan dengan Provinsi Trat di Thailand.

Dunia tak tinggal diam. Presiden Amerika Serikat Donald Trump, berbicara dengan kedua pemimpin Asia Tenggara itu pada Sabtu malam. Trump mengklaim sudah mendorong kesepakatan gencatan senjata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: