Megengan, Tradisi Unik Sambut Ramadan, Jejak Ajaran Wali Songo

Megengan, Tradisi Unik Sambut Ramadan, Jejak Ajaran Wali Songo

Tradisi megengan yang ada di Indonesia adalah salah satu bentuk rasa syukur karena masih bisa dipertemukan kembali dengan Bulan Suci Ramadan.--freepik

HARIAN DISWAY - Indonesia merupakan negara dengan aneka budaya dan tradisi. Menjelang datangnya bulan Ramadan, terdapat sebuah tradisi unik: Megengan.

Tradisi itu terutama populer di kalangan masyarakat Jawa. Menjadi bagian penting dalam menyambut bulan penuh berkah tersebut.

Megengan bukan sekadar tradisi turun temurun biasa. Melainkan sarat dengan makna spiritual, sosial, dan budaya.

Apa Itu Megengan?

Megengan berasal bahasa Jawa: megeng, yang berarti "menahan" atau "mengendalikan". Secara harfiah, Megengan dapat diartikan sebagai persiapan untuk menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa. Baik secara fisik maupun spiritual.

BACA JUGA:Tarhib Ramadan, Berbagai Aktivitas Sosial Seru Yang Bisa Dilakukan Menyambut Bulan Suci, Apa Saja?

Megengan biasanya dilakukan pada minggu terakhir bulan syakban, sebagai bentuk rasa syukur seseorang. Bahwa dirinya masih bisa bertemu kembali dengan bulan Ramadan.

Menurut sejarah, Megengan merupakan tradisi yang diperkenalkan oleh Wali Songo. Megengan telah ada sejak masa Kerajaan Demak sekitar tahun 1500 M.

Tradisi itu mudah diterima oleh masyarakat setempat karena mudah diikuti. Juga masih mempertahankan unsur-unsur budaya yang sedari awal sudah ada. 

Ritual dan Kegiatan dalam Megengan

Megengan memiliki beberapa ritual dan kegiatan yang khas. Mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai Islam. Berikut adalah beberapa kegiatan yang biasa dilakukan dalam tradisi Megengan:

1. Selamatan 


TRADISI unik 1 Muharram di berbagai negara. Warga Jawa Barat, Indonesia, menggelar nyadran yang artinya syukuran.-Kementerian Agama-

Masyarakat biasanya mengadakan selamatan di masjid, musala, hingga rumah ke rumah dengan mengundang tetangga, kerabat, dan sesepuh desa.

Acara itu diisi dengan doa bersama, tausiyah (ceramah keagamaan), dan makan bersama. Hidangan yang disajikan sering kali berupa makanan tradisional. Seperti apem, kolak, atau ketan, yang memiliki makna simbolis tersendiri.

BACA JUGA:Hitung Mundur Puasa Ramadan 2025, Tersisa Berapa Hari Lagi? Cek Sekarang!

BACA JUGA:6 Tip Berpuasa Sehat dan Aman saat Ramadan untuk Penderita Maag dan GERD, Gangguan Lambung Minggat!

2. Pembagian apem

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: