Blade Runner: Tokyo Nexus, Cyberpunk Baru di Negeri Matahari Terbit
Mead dan Stix, duo manusia dan Replicant, menghadapi intrik berbahaya di bawah kilau neon Tokyo dalam Blade Runner: Tokyo Nexus. --IGN
HARIAN DISWAY – Blade Runner adalah ikon dalam dunia cyberpunk, identik dengan hujan neon dan kota Los Angeles yang muram. Namun, Blade Runner: Tokyo Nexus membawa sesuatu yang baru: Tokyo sebagai latarnya.
Komik terbaru dari Titan Comics ini tidak hanya memperkenalkan kota baru, tetapi juga menawarkan nuansa berbeda dari dunia Blade Runner yang kita kenal.
Sebagai bagian dari IGN Fan Fest 2025, para penulis Tokyo Nexus, Kianna Shore dan Mellow Brown, berbicara tentang bagaimana mereka membangun versi Tokyo di semesta Blade Runner.
“Brainstorming Tokyo dalam dunia Blade Runner adalah proses yang menyenangkan,” ujar Shore.
Dia bahkan pernah tinggal di Jepang pada 2015, tahun yang menjadi latar cerita ini. “Saya ingin Tokyo terlihat dan terasa berbeda dari Los Angeles, dengan sejarah, pengalaman, dan dinamika sosial ekonomi yang unik,” tambahnya.
BACA JUGA:Sinopsis Film Conclave, Ketika Para Kardinal Saling Bongkar Skandal Demi Takhta Suci
BACA JUGA:Profil 9 Pemeran Film Conclave, Ralph Fiennes dari Lord Voldermort jadi Kardinal Bijaksana
Sebagai bagian dari semesta Blade Runner, Tokyo Nexus menggambarkan sisi lain dunia cyberpunk—sebuah Tokyo yang tampak ideal, tetapi menyimpan bahaya tersembunyi. --IGN
Jika Los Angeles dalam Blade Runner adalah kota yang runtuh dan tersembunyi di balik gemerlap neon, Tokyo dalam Tokyo Nexus adalah surga semu yang mengontrol warganya dengan ketat.
“Tokyo dalam cerita ini seperti utopia, tetapi warganya hidup dalam aturan yang ketat. Jika melanggar, mereka akan dihancurkan,” jelas Brown.
Tokyo sudah menjadi latar banyak kisah cyberpunk, dari Akira hingga Ghost in the Shell. Namun, Shore dan Brown justru menghindari inspirasi langsung dari karya-karya tersebut.
“Saya menonton karya-karya besar, tetapi lebih fokus pada bagaimana Jepang membayangkan masa depannya setelah bencana 3.11 Tohoku,” ungkap Shore.
Dia pun menggali referensi dari anime seperti Your Name, Japan Sinks 2020, dan Bubble. Brown menambahkan bahwa ia sengaja tidak mengambil inspirasi dari anime cyberpunk klasik seperti Bubblegum Crisis atau Psycho-Pass.
“Saya ingin mencerminkan harapan dan ketakutan masyarakat Jepang saat ini, bukan mengulang visi masa lalu,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: