Tragedi Cemburu Othello

Tragedi Cemburu Othello

ILUSTRASI Tragedi Cemburu Othello.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Orang dengan Sindrom Othello yakin, tanpa bukti nyata, bahwa pasangannya berselingkuh. Tanda-tanda pengidap sindrom itu seperti:

Kecemburuan terus-menerus. Ia terus-menerus menuduh pasangannya berselingkuh tanpa bukti nyata. Juga, berpikiran obsesif. Ia mungkin berulang kali memeriksa ponsel, e-mail, atau media sosial pasangannya untuk mencari tanda-tanda perselingkuhan.

Orang dengan Sindrom Othello punya kondisi neurologis atau psikiatris tertentu. Misalnya, pasien penyakit Parkinson, suka mengalami halusinasi dan delusi, yang mengarah pada tuduhan yang tidak berdasar.

Mereka yang menderita skizofrenia atau demensia juga dapat mengembangkan keyakinan yang tidak rasional tentang perselingkuhan pasangannya. Para pecandu zat kronis mungkin juga menunjukkan pikiran paranoid tentang pasangannya yang diduga selingkuh.

Paul Crichton dalam karyanya yang bertajuk Did Othello have ’the Othello Syndrome? (dipublikasi di Journal of Forensic Psychiatry & Psychology. 1996) menyebutkan: 

Karakter tokoh Othello dalam drama Shakespeare berjudul Othello membunuh istrinya karena keyakinan yang salah, bahwa istrinya tidak setia. Beberapa psikolog dan psikiater telah menyatakan bahwa Othello tertipu oleh halusinasinya bahwa seolah-olah istrinya, Desdemona, selingkuh. Padahal tidak.

Beberapa indikator pengidapnya, antara lain:

Riwayat kejiwaan masa lalu, berupa gangguan neurotik atau psikotik. Juga, tindakan menyakiti diri sendiri dengan sengaja atau percobaan bunuh diri.

Riwayat keluarga: penyakit mental.

Juga, punya riwayat hubungan pasangan yang negatif. Yakni, menggabungkan hubungan dengan pasangan saat ini dengan hubungan psangan sebelumnya. Orangnya suka mengaitkan kualitas hubungan dengan pasangan dan kesulitan hidup yang dialami.

Riwayat forensik: Tuduhan dan hukuman sebelumnya dan yang sedang berlangsung. Pun, melakukan KDRT yang tidak dilaporkan atau tidak mengakibatkan tuduhan atau hukuman, termasuk perilaku agresif dan penguntitan.

Sindrom Othello cocok dengan pengakuan Elvis. Ia membunuh karena menerima bisikan agar melakukannya. Ia pengidap halu yang kronis.

Karakter tersangka itu bisa menjadi pelajaran masyarakat, khususnya bagi calon pelaku atau calon korban. Setidaknya, masyarakat paham tanda-tanda pencemburu patologis, pengidap Sindrom Othello.

Jika sudah paham tanda-tanda Othello, orang bisa minta bantuan psikolog untuk mengatasi, sebelum terjadi tragedi. Sebab, jumlah pencemburu patologis yang membunuh pasangannya banyak terjadi di Indonesia belakangan ini. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait