Pertamax Oplosan: Defisit Kredibilitas dan Mengerasnya Batas Antagonistik

ILUSTRASI Pertamax Oplosan: Defisit Kredibilitas dan Mengerasnya Batas Antagonistik.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
KASUS Pertamax oplosan yang kini ramai diperbincangkan di Indonesia bukan sekadar masalah ekonomi, melainkan juga mencerminkan sebuah persoalan sosial yang jauh lebih besar: kredibilitas pemerintah yang kian tergerus.
Kasus itu tidak hanya mengguncang masyarakat, tetapi juga memunculkan berbagai kritik tajam terhadap kinerja pemerintah, khususnya Pertamina sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yang diharapkan menjadi contoh transparansi dan keadilan.
Di tengah segala kegelisahan yang melanda, muncul pertanyaan besar: bagaimana negara dan rakyat berinteraksi dalam sistem demokrasi yang sehat jika kebijakan seperti itu saja bisa merugikan banyak pihak?
BACA JUGA:Pertamax Oplosan
BACA JUGA:Kejagung: Oplosan Pertalite Jadi Pertamax Terjadi pada 2018-2023, Bukan Sekarang!
DEFISIT KREDIBILITAS PEMERINTAH
Kasus Pertamax oplosan itu memunculkan bola salju keluhan yang tak terhindarkan. Ketika masalah tersebut mencuat ke permukaan, masyarakat secara cepat meresponsnya melalui berbagai platform digital.
Keluhan, rasa kecewa, dan kecaman tersebar dalam hitungan detik. Itu menandakan bagaimana media sosial kini menjadi ruang amplifikasi untuk perasaan kolektif masyarakat. Hal itu memicu viralitas yang makin kuat, dengan kian banyaknya orang yang berbicara tentang hal tersebut.
Banyak netizen yang merasa terkhianati dan merasa tidak dihargai sebagai rakyat yang selama ini menjadi sumber daya utama dalam roda pemerintahan.
BACA JUGA: Pertamina Pastikan Pertamax Bukan Oplosan, Bantah Isu di Media Sosial
BACA JUGA:Direktur PT Pertamina Patra Niaga Jadi Tersangka, Diduga Oplos Pertalite Jadi Pertamax
Jika dulu hanya menjadi tempat saluran emosi pribadi, media sosial kini menjadi ruang bersama yang sangat efektif dalam menggerakkan opini publik dengan algoritma sebagai katalisator yang ampuh.
Meminjam konsep Laclau dan Mouffe, wacana netizen setidaknya berada pada dua titik simpul utama (nodal point), yaitu pemerintah yang sulit dipercaya dan penghilangan posisi masyarakat (demos) dalam sistem demokrasi.
Postingan yang banyak beredar menggunakan meme yang serupa: ”Mengapa untuk hal ’sekecil ini’ (kadang diganti ’sebesar ini’) mesti berbohong? Pertamax adalah Pertalite versi tidak antre”.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: