Islam Toa

ILUSTARSI Islam toa. Banyak masjid yang membangunkan sahur saat Ramadan dengan menggunakan toa alias pengeras suara.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Tapi, saat itu sudah mulai ada suara lantang yang menjadi bagian integral upacara keagamaan. Suara itu dilontarkan dari menara masjid dan surau. Dan, itu terjadi saat orang sedang tidur lelap. Menara masjid melontarkan suara dengan volume yang setinggi-tingginya.
Selain dalam perspektif harmoni sosial, Gus Dur mempersoalkan penggunakan kaset –zaman itu belum ada Spotify dan semacamnya– untuk berbagai imbauan beribadah tersebut. Menurut Gus Dur, tidak ada alasan untuk membangunkan orang yang sedang tidur untuk bersaembahyang, kecuali ada alasan menurut agama.
Gus dur berpendapat demikian berawal dari pendapat Nabi Muhammad, kewajiban agama terhapus dari tiga macam manusia: mereka yang gila (hingga sembuh), mereka yang mabuk (hingga sadar), dan mereka yang tidur (hingga bangun). Allah juga mengatur mekanisme bangun dalam metabolisme badan manusia.
Karena itu, Gus Dur, saat itu menyarankan perlunya kebijaksanaan pengurus masjid atau surau. ”Tidak bergunalah rasanya memperpanjang ilustrasi seperti itu. Akal sehat cukup sebagai landasan kebijaksanaan suara lantang di tengah malam –apalagi didahului tarhim dan bacaan Al-Qur’an yang berkepanjangan,” tulisnya.
Gus Dur lantas menutup tulisanya dengan nada gurau: ”Apalagi kalau teknologi seruan bersuara lantang di alam buta itu hanya menggunakan kaset! Sedang pengurus masjidnya sendiri tenteram tidur di rumah.”
Ups…yang terakhir itu kata Gus Dur, lho! (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: