Untag Surabaya Gandeng Walailak University, Bahas Lanskap Media Thailand

Untag Surabaya Gandeng Walailak University, Bahas Lanskap Media Thailand

Pemaparan dari Dr Attanan Tachopisalwong dalam kuliah tamu di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Kamis, 13 Maret 2025.-Doan Widhiandono-Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mendapatkan penyegaran materi dalam kuliah tamu, Kamis, 13 Maret 2025. Mereka diajar langsung oleh Dr Attanan Tachopisalwong, dosen Digital Communication Art di Walailak University. Materinya juga menarik dan relates. Yakni, Thailand Media Landscape.

Dalam pemaparannya, Dr Attanan menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi industri media di Thailand. Salah satu tantangan utama adalah peran konten kreator dan influencer yang semakin dominan dalam memengaruhi pasar dan audiens.

Kehadiran mereka bahkan telah memberi dampak signifikan pada media tradisional seperti TV digital. Fenomena itu memaksa beberapa saluran TV di Thailand melakukan restrukturisasi organisasi. Mereka melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. ’’Channel 3, kanal televisi besar, merumahkan (layoff) 100 karyawan,’’ tutur Attanan.


Pemaparan dari Dr Attanan Tachopisalwong dalam kuliah tamu di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Kamis, 13 Maret 2025.--

Sejak 2014, jumlah saluran TV di Thailand mengalami penurunan drastis. Dari 28 menjadi hanya 18 saluran pada 2024. Perubahan itu sejalan dengan pergeseran preferensi penonton yang lebih memilih layanan streaming daripada menonton TV konvensional.

Pada 2023, sebanyak 64 persen penonton masih mengandalkan TV, sementara 36 persen beralih ke streaming. Namun, angka tersebut mengalami perubahan besar pada 2024. Yakni, 54 persen penonton lebih memilih streaming dan hanya 46 persen yang masih menonton TV.

Dampaknya, pendapatan iklan TV menurun secara signifikan. Total iklan TV dari Januari hingga Juli 2024 hanya mencapai 33.875 juta Baht atau 50,13 persen dari keseluruhan iklan media. ’’Itu berdasar data Nielsen, lembaga survei yang sangat terpercaya,'' ucapnya.

BACA JUGA:Profesor Austria Obrolkan Jurnalis, Independensi, dan Bisnis di Harian Disway

Tren influencer di Thailand pun mengalami pergeseran dari macro influencer menjadi micro-niche influencer. Artinya, mereka mampu menjangkau audiens pada tingkat yang lebih lokal. Bahkan hingga level distrik atau sub-distrik atau setara dengan kecamatan dan kelurahan di Indonesia.

Influencer dalam kategori berita, keluarga, dan hewan peliharaan menjadi kelompok yang kini sangat menarik perhatian khalayak. Di dalam kelas, Attanan juga menunjukkan beberapa video hewan-hewan lucu yang menarik atensi pengguna media sosial. Salah satu yang fenomenal adalah Moo Deng, kuda nil pigmi yang ada di Khao Kheow Open Zoo di Si Racha, Chonburi.

Nilai pasar influencer Thailand pada 2024 pun tercatat mencapai 2,36 miliar Baht. Tingkat pertumbuhan tahunannya sebesar 10,24 persen selama periode 2024–2029. Diperkirakan, angka itu akan meningkat menjadi 3,86 miliar Baht pada 2029.

Fenomena lain yang menjadi sorotan adalah pencipta berita atau news creators yang kini menjadi kelompok dengan potensi besar. Penonton generasi baru lebih mengutamakan identitas pencipta berita daripada afiliasi mereka dengan lembaga tertentu.

Hal itu menunjukkan bahwa para pencipta berita memiliki otonomi dalam menyusun konten sesuai permintaan audiens. Identitas dan pendekatan personal para kreator inilah yang dianggap mampu menarik perhatian penonton di era digital saat ini.


Pemaparan dari Dr Attanan Tachopisalwong dalam kuliah tamu di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Kamis, 13 Maret 2025.-Doan Widhiandono-Harian Disway-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: