Profesor Austria Obrolkan Jurnalis, Independensi, dan Bisnis di Harian Disway

Profesor Austria Obrolkan Jurnalis, Independensi, dan Bisnis di Harian Disway

Profesor Austria Obrolkan Jurnalis, Independensi, dan Bisnis di Harian Disway. Prof Josef Trappel (tengah) berbicara di depan awak redaksi dan akademisi Untag Surabaya.-Boy Slamet-Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY Seberapa independen jurnalis saat ini? Jawabannya bisa sangat bergantung pada kondisi finansial perusahaan media. Itulah yang jadi pembahasan dalam diskusi hangat di ruang redaksi Disway News House, Jalan Walikota Mustajab 76, Surabaya, Kamis, 14 Maret 2024.

Diskusi bertajuk Practicing Democracy In The Newsroom itu mendatangkan pembicara utama yang istimewa: Prof Josef Trappel. Seorang mantan jurnalis, dosen, sekaligus kepala departemen Ilmu Komunikasi di Paris-Lodron Universität Salzburg.

Diskusi berlangsung gayeng. Melibatkan seluruh awak redaksi Harian Disway. Serta dosen-dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya dan para mahasiswa, termasuk yang sedang magang di harian yang didirikan oleh Dahlan Iskan tersebut.

BACA JUGA : Gandeng Paris Lodron Universitat Salzburg Austria, Untag Surabaya Bahas Iklim Media di Indonesia yang Lebih Percaya Media Sosial

BACA JUGA : Profesionalisme, Humanisme, Kesejahteraan SDM Jurnalistik dan Kreator Konten

Tentu saja, kompetensi Prof Josef di bidang akademik tak perlu diragukan. Apalagi, di luar itu, ia juga berpengalaman sebagai jurnalis. Begitu tajam membahas isu-isu seputar jurnalis dan media dewasa ini.

Awalnya, Prof Josef menyampaikan isu yang tengah populer di Eropa. Yakni European Media Freedom Act atau Rancangan Undang-undang terkait Perlindungan Jurnalis dan Kebebasan Pers. Aturan itu baru saja disahkan di Eropa.

Undang-undang tersebut akan memaksa negara-negara Uni Eropa untuk lebih melindungi media dari interferensi yang merugikan. Serta membatasi penggunaan perangkat lunak terhadap jurnalis. Setiap perusahaan media diminta transparan mengungkap informasi tentang kepemilikan, pendanaan, dan iklan negara.

“Sebuah badan khusus UE, yang disebut European Board of Media Services, akan didirikan untuk mengawasi implementasi undang-undang tersebut,” jelasnya.


Profesor Austria Obrolkan Jurnalis, Independensi, dan Bisnis di Harian Disway. Prof Josef Trappel mengupas berbagai aturan dan iklim media di kantor Harian Disway.-Boy Slamet-Harian Disway-

Prof Josef lantas mengaitkannya dengan kondisi pers di Indonesia. Yang juga masih terombang-ambing antara independensi dan bisnis media.

Prof Josef menyinggung empat poin terkait media policy and media economics di Eropa. Pertama, editorial independency atau independensi redaksi. Kedua, economically independent alias mandiri secara ekonomi. “Semasa pemilu, banyak sekali adu kampanye antarpaslon. Media pun menjadi influencer bagi masyarakat lewat konten-kontennya,” jelasnya. 

Yang menjadi dilema, perusahaan media tak jarang menerima iklan kampanye dari para paslon. Sementara itu, di sisi lain, media juga harus tetap independen untuk menyajikan berita yang objektif. “It's easy way to stir media,” ungkap Prof Josef.

Dosen Ilmu Komunikasi Untag Surabaya Doan Widhiandono sempat curhat hal yang senada. Bahwa iklan-iklan politik itu kerap membuat para jurnalis merasa dilema. “We can’t share our values if we can’t live and survive,” ungkap Doan yang juga wakil pemimpin redaksi Harian Disway tersebut. 

Para jurnalis dituntut menulis berita yang objektif. Tetapi iklan-iklan itu pula yang kadang membuat para jurnalis tak enak hati untuk menulis berita tak baik soal pengiklan. Padahal, itulah yang disebut Prof Josef sebagai small corruption. Korupsi kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: