Masjid Ikon Surabaya (8): Akulturasi Berwujud Arsitektur

Suasana tiang tiang Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya yang diisi Alquran, Rabu, 5 Maret 2025.-Moch Sahirol Layeli-
Masjid Sunan Ampel bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga saksi sejarah penyebaran Islam di Surabaya. Masjid ini dibangun oleh Sunan Ampel sekitar tahun 1420 Masehi dan hingga kini tetap berdiri kukuh. Selain sebagai pusat dakwah, bangunan ini menyimpan nilai seni dan arsitektur yang mencerminkan perpaduan budaya Jawa, Hindu, Buddha, dan Islam.
MESKI matahari bersinar terik, peziarah tetap berdatangan ke Masjid Sunan Ampel. Mereka datang dari luar kota dan luar pulau. Tujuannya pun beragam. Bisa berdoa di makam Sunan Ampel, ada pula yang sekadar beribadah, atau menikmati keindahan bangunan di sekitarnya.
Di hari keempat Ramadan, Selasa, 4 Maret 2025, kawasan masjid tampak lebih lengang dibanding hari-hari biasa.
Di dekat tempat wudu pria, toko kurma dan jajanan berjejer. Namun, karena mayoritas pengunjung tengah menjalankan puasa, toko-toko itu terlihat sepi pembeli.
BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (7): Tetenger Abadi Sunan Ampel
BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (6): Ajak Musafir Nyantri hingga Beri Beasiswa Pendidikan
Sementara itu, di dalam masjid, suasana lebih hidup. Sejumlah jemaah khusyuk menunaikan salat, mengaji, atau duduk-duduk di teras masjid. Beberapa di antaranya beristirahat sambil membuka smartphone.
Di balik keramaian ini, bangunan masjid menyimpan berbagai peninggalan bersejarah. Tiang-tiang kayu jatisono yang berdiri kukuh di dalam masjid merupakan saksi bisu perjalanan waktu.
Setiap detail arsitektur masjid ini memiliki makna simbolis. Tiang kayu setinggi 17 meter melambangkan jumlah rakaat dalam salat lima waktu: Subuh dua rakaat, Dzuhur empat rakaat, Ashar empat rakaat, Maghrib tiga rakaat, dan Isya empat rakaat.
Suasana tiang tiang Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya yang diisi Alquran, Rabu, 5 Maret 2025.-Moch Sahirol Layeli-
“Totalnya tujuh belas rakaat. Itu sebabnya tiangnya dibuat setinggi itu,” ujar Mbah Sajab, salah seorang sesepuh di Masjid Sunan Ampel, seusai salat Dzuhur.
Jumlah tiang utama di dalam masjid ada 16 buah, yang melambangkan jumlah huruf dalam kalimat syahadat. Tiang-tiang itu dihiasi kaligrafi emas bertuliskan lafaz "Allah" dan "Muhammad," yang semakin memperkuat nuansa keislaman.
Menurut Mbah Sajab, arsitektur Masjid Sunan Ampel masih kental dengan pengaruh Majapahit. “Gapura dan bentuk atap limasnya mengadopsi arsitektur Hindu-Buddha. Tapi di dalamnya, nuansa Islam sangat kuat,” tuturnya.
Atap masjid memiliki jendela kaca di setiap sisinya. Memungkinkan cahaya matahari masuk dan menerangi bagian tengah ruangan. Sementara itu, di sisi lainnya, cahaya terlihat lebih redup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: