Tetap Produktif Berkarya Selama Puasa Ramadan

Tetap Produktif Berkarya Selama Puasa Ramadan

ILUSTRASI Tetap Produktif Berkarya Selama Puasa Ramadan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Momentum Puasa Ramadan: Jalin Hubungan Baik dengan Alam Semesta

Begitu pun bagi umat Islam, ide dan gagasan dapat lahir ketika sedang berpuasa. Refleksi diri saat tadarus, doa-doa yang dipanjatkan, atau bahkan cerita-cerita kebaikan yang kita temui di sekitar bisa menjadi bahan bakar untuk menghasilkan karya yang bermakna. Banyak karya besar yang lahir dari kontemplasi dan ketenangan hati.

Salah satu kunci produktivitas selama puasa adalah memahami pola energi yang dikeluarkan tubuh. Misalnya, seorang muslim dapat mengoptimalkan waktu pagi hari setelah subuh untuk menelurkan sebuah karya atau melakukan aktivitas. Sebab, ketika pagi tubuh masih segar –¬energi di dalam tubuh pun masih berlimpah. 

Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk mengerjakan tugas yang memerlukan konsentrasi tinggi. Misalnya, menulis, merancang ide, atau mengerjakan proyek penting. Sementara itu, menjelang siang hingga sore, ketika energi mulai menurun, kita bisa beralih ke aktivitas yang lebih ringan seperti membaca, merapikan catatan, atau sekadar mencari inspirasi.

Kendati demikian, produktivitas pada bulan suci Ramadan tidak boleh dipaksakan agar tak mengurangi nilai ibadah dan mengganggu kesehatan. Keseimbangan adalah kata kunci. 

Makan sahur dan berbuka dengan gizi yang cukup, istirahat yang teratur, serta tidak memaksakan diri di luar batas kemampuan adalah langkah penting untuk menjaga stamina. Puasa seharusnya menjadi pendorong semangat, bukan beban yang melemahkan.

MAKNA BERPUASA

Puasa secara syariat Islam berarti  menahan diri dari segala sesuatu yang  membatalkan mulai terbit fajar hingga  matahari terbenam, disertai dengan niat menjalankan ibadah puasa (Ayyub, 2008). Puasa dapat menjadi ajang pembuktian bagi muslim. 

Seorang muslim dapat membuktikan tetap bisa berkarya meski berpuasa. Momen puasa pada bulan suci Ramadan dapat dimanfaatkan untuk melatih kedisiplinan, mengelola waktu, dan memanfaatkan kepekaan spiritual. 

Dengan begitu, puasa tidak hanya bernilai ibadah, tetapi juga memiliki nilai prestasi bagi diri seorang muslim. Puasa Ramadan dapat dipergunakan untuk menghasilkan karya terbaik di tengah pengendalian diri dari makan, minum, dan hawa nafsu. 

Menurut penelitian Aqiilah (2020), individu yang sedang berpuasa mengalami kebahagiaan, kontrol diri, spiritualitas-religiusitas, mengelola emosi positif dan pro-social behavior

Kazemi dkk (2006) menemukan bahwa skor rata-rata kesehatan psikologis meningkat dari 33,94±8,55 sebelum Ramadan menjadi 34,5±8,2 setelah Ramadan. Sebaliknya, skor rata-rata depresi menurun dari 14,45±10,33 menjadi 11,88±10,38. 

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa puasa Ramadan berperan penting dalam menurunkan tingkat depresi sekaligus meningkatkan kesehatan psikologis. Penelitian lain terkait puasa oleh Julianto dan Muhopilah (2015) menunjukkan adanya hubungan positif antara puasa dan regulasi kemarahan. 

Makin sering seseorang menjalankan puasa, makin baik pula kemampuannya mengatur kemarahan. Sebaliknya, jika puasa jarang dilakukan, kemampuan regulasi kemarahan cenderung menurun. 

Berdasar temuan itu, dapat disimpulkan bahwa menjalankan puasa dianjurkan karena dapat menjadi sarana untuk melatih pengendalian emosi, terutama dalam mengelola kemarahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: