Tetap Produktif Berkarya Selama Puasa Ramadan

Tetap Produktif Berkarya Selama Puasa Ramadan

ILUSTRASI Tetap Produktif Berkarya Selama Puasa Ramadan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

PUASA pada bulan suci Ramadan adalah momen sakral bagi umat Islam di seluruh dunia. Dari terbit fajar hingga matahari terbenam, seorang muslim yang berpuasa wajib menahan diri dari makan dan minum serta mengendalikan diri dari hawa nafsu

Sebagian orang mungkin menganggap puasa sebagai tantangan, bahkan ada pula yang menganggapnya sebagai beban yang dapat mengganggu produktivitas. 

Tak heran, sebagian orang –dengan mengatasnamakan ibadah puasa– mengurangi produktivitas. Padahal, sejatinya puasa Ramadan adalah waktu terbaik untuk tetap berkarya, selama mampu mengelola diri dengan bijak. 

BACA JUGA:Ramadan, Momentum Menahan Diri dari Pinjol

BACA JUGA:Ramadan dan Antropologi Rasa

Tak sekadar menahan lapar dan dahaga, puasa adalah sarana untuk melatih kedisiplinan dan menjaga ketahanan mental. Pada saat berpuasa, muslim dilatih untuk mengendalikan kebutuhan fisik agar dapat lebih fokus pada tindakan yang lebih esensial. 

Dengan menahan godaan minum air segar saat siang meski hanya setetes, seorang muslim sejatinya sedang belajar untuk mengendalikan diri dari tindakan yang dapat merusak nilai ibadah puasa. Contoh sederhana tersebut bisa diterapkan pula di dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, membatasi diri dalam berselancar di media sosial agar tidak terjerumus pada tindakan merugi.

Ketika puasa, seorang muslim diajarkan untuk ”produktif” dalam beribadah. Hal itu dapat melatih muslim untuk melawan rasa malas yang kerap menjadi penghambat dalam melakukan aktivitas. 

BACA JUGA:Ramadan, Momentum untuk Melawan Darurat Korupsi

BACA JUGA:Ramadan dan Lebaran: Momentum Mencetak Generasi Unggulan

Ramadan, dengan ritme ibadahnya yang terstruktur –sahur, salat Tarawih, hingga tadarus– sebenarnya memberikan kerangka waktu yang ideal untuk mengatur jadwal kerja dan berkarya.

PUASA MELATIH KEPEKAAN SPIRITUAL

Ramadan dapat mendatangkan ”berkah” tersendiri bagi insan yang produktif dan kreatif. Sumber inspirasi bisa datang ketika seseorang sedang berpuasa. Dalam kebudayaan masyarakat Jawa, insan yang ingin mendapatkan wahyu, wangsit, atau pencerahan biasanya harus menjalani ”topo” (bertapa) terlebih dahulu. 

Topo tidak terbatas pada arti yang tampak mata –duduk bersila sembari memejamkan mata dan mengucap mantra. Lebih dari itu, topo adalah menahan diri dari godaan hawa nafsu demi mencapai titik spiritual tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan pelaku topo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: