Makanan Gratis di Sekolah: Pemborosan atau Harapan yang Salah?

Makanan gratis di sekolah hadir untuk mendukung kesejahteraan siswa, namun efisiensi anggaran dan distribusinya menjadi tantangan.-Sekretariat Negara-
HARIAN DISWAY - Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan di Indonesia, pemerintah baru-baru ini memperkenalkan program makanan gratis bagi siswa di sekolah-sekolah di seluruh Nusantara.
Program yang tampaknya sangat baik ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap anak mendapatkan akses terhadap makanan bergizi selama jam belajar, sehingga mereka dapat lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran.
Namun, meskipun niat mulia ini terlihat untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak, kenyataannya program ini justru memicu banyak perdebatan.
BACA JUGA: Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Nasionalisme yang Memberdayakan Sumber Pangan Lokal
Apakah program ini benar-benar memberikan manfaat, atau malah menjadi pemborosan yang tidak efektif dan menambah beban pada sektor pendidikan yang sudah bermasalah?
Solusi atau Pemborosan?
Salah satu masalah terbesar yang muncul dari program ini adalah pemborosan anggaran yang seharusnya bisa digunakan untuk program lain yang lebih mendesak.-@prabowo-Instagram
Secara umum, ide tentang makanan gratis di sekolah terdengar sangat positif. Dengan menyediakan makanan yang sehat dan bergizi bagi anak-anak, terutama yang berada di daerah yang rentan terhadap kekurangan gizi, diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi dan performa mereka di sekolah.
Namun, ketika program ini dilaksanakan tanpa perencanaan dan pengawasan yang memadai, banyak dampak negatif yang muncul.
BACA JUGA: Pemerintah Sudah Layani Makan Bergizi Gratis untuk SLB: Ahli Gizi Memperhatikan Setiap Menu
Salah satu masalah terbesar yang muncul adalah pemborosan anggaran yang seharusnya bisa digunakan untuk program lain yang lebih mendesak, seperti peningkatan kualitas pengajaran atau pengembangan infrastruktur pendidikan.
Sebagian besar dana yang dialokasikan untuk program makanan gratis justru terbuang sia-sia akibat ketidaksesuaian antara anggaran yang disediakan dengan kebutuhan nyata di lapangan.
Misalnya, di beberapa daerah, makanan yang disediakan tidak selalu memenuhi standar gizi yang diperlukan siswa atau bahkan makanan tersebut tidak sampai kepada siswa yang benar-benar membutuhkan karena adanya masalah dalam distribusi.
BACA JUGA: Prabowo Hubungi Sejumlah Pejabat Saat Tinjau Banjir Di Bekasi, Pastikan Program MBG Tetap Berjalan
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, sekitar 30 persen dari anggaran yang dialokasikan untuk program makanan gratis di sekolah di beberapa daerah dinyatakan tidak efektif. Makanan yang sudah disiapkan kadang tidak terdistribusi dengan baik, atau bahkan dibiarkan terbuang sia-sia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber