Fenomena Quarter-Life Crisis: Umur 25 tapi Masih Bingung Arah Hidup

Usia 25 bisa menjadi masa kebingungan dan pencarian arah hidup. Quarter-life crisis adalah hal wajar yang dialami banyak orang di fase ini. --Pinterest
HARIAN DISWAY - Satu per satu lilin ulang tahun ditiup, angka di kalender terus bertambah. Usia 25 datang tanpa aba-aba. Di titik ini, sebagian sudah menikah, sebagian sibuk meniti karier, sebagian lagi masih menerka-nerka arah.
Kalau Anda termasuk yang masih bingung dengan tujuan hidup saat menginjak usia seperempat abad, Anda tidak sendirian. Bahkan boleh dikatakan, ya itu hal yang wajar.
Usia 25 sering dianggap sebagai batas tak resmi menuju kedewasaan. Angka ini seolah jadi patokan: “Harusnya sudah tahu mau jadi apa”, “Masa belum punya tabungan?”, “Kapan nikah?”.
BACA JUGA: Tayang Besok! Sinopsis Jumbo, Film Animasi tentang Perjalanan Don Menemukan Jati Diri
Pertanyaan-pertanyaan itu kadang tidak datang dari orang lain, tapi justru dari dalam diri sendiri. Rasa tertinggal muncul saat melihat teman sebaya tampak sudah tahu apa yang mereka lakukan dengan hidupnya.
Namun, realita tak selalu semudah unggahan media sosial. Bingung soal arah hidup bukan berarti tidak punya potensi. Justru kebingungan itu bisa jadi sinyal bahwa Anda sedang bertumbuh, sedang berpikir lebih dalam, sedang menimbang banyak hal.
Kondisi ini dikenal sebagai quarter-life crisis, krisis seperempat abad yang sering dialami mereka yang berada di usia 20-an hingga awal 30-an.
BACA JUGA: Menyelami Quarter-Life Crisis: Antara Kecemasan dan Pencarian Jati Diri
Menurut survei yang dilakukan LinkedIn dan dilaporkan oleh The Guardian pada 2019, sekitar 75 persen anak muda usia 25–33 tahun mengaku pernah mengalami quarter-life crisis.
Faktor pemicunya mencakup ketidakpastian karier, tekanan finansial, dan ekspektasi sosial yang tinggi. Penyebabnya beragam. Ada yang merasa terjebak di pekerjaan yang tidak sesuai passion, ada pula yang merasa salah jurusan sejak awal kuliah.
Sebagian mulai mempertanyakan ulang apa sebenarnya makna ‘sukses’. Di tengah tekanan ekonomi, ekspektasi keluarga, dan standar masyarakat yang terus bergeser, banyak yang kehilangan arah.
Di samping itu, penting juga untuk tidak menyimpan semua kebingungan sendirian. --Pinterest
Di saat yang sama, dunia berubah cepat. Pekerjaan yang dulu dianggap mapan bisa tergantikan oleh teknologi. Gelar pendidikan tak selalu menjamin kestabilan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: