Mengapa Perempuan Cenderung Menghilang Perlahan setelah Menikah?

Mengapa Perempuan Cenderung Menghilang Perlahan setelah Menikah?

Hilangnya jati diri perempuan setelah menikah adalah persoalan yang tak terlihat, namun dampaknya sangat nyata. --Pinterest

Sebagian besar merupakan kasus kekerasan berbasis gender. Hal ini menunjukkan bahwa dominasi beban domestik yang dilekatkan pada perempuan dapat menghambat aktualisasi diri mereka dalam jangka panjang. ​


Banyak perempuan yang tak lagi mengenali dirinya setelah menikah. --Pinterest

Perempuan tidak kehilangan jati diri dalam sekejap. Itu terjadi perlahan, nyaris tak terasa. Dari komentar kecil yang membuatnya ragu pada pilihan pakaiannya, hingga kalimat sederhana seperti, “Enggak usah kerja lagi, ya,” yang berulang-ulang terdengar manis tapi menggiringnya menjauh dari ruang aktualisasi diri.

BACA JUGA: LBH Surabaya Rilis Catatan Akhir Tahun, Terbanyak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Situasi ini bukan hanya soal rumah tangga, tapi tentang norma sosial yang menuntut perempuan untuk selalu mengalah. Mereka diajarkan bahwa berkorban adalah bentuk cinta tertinggi. Tapi siapa yang menjaga mereka agar tidak hancur dalam proses mencintai itu?

Tidak sedikit perempuan yang merasa bersalah ketika mulai merindukan hal-hal yang dulu ia sukai. Seolah kebutuhan pribadinya adalah bentuk egoisme. Padahal, bagaimana seseorang dapat merawat keluarga dengan utuh jika ia sendiri terus-menerus merasa kosong?


Perempuan bukan tidak ingin menjadi istri atau ibu. Mereka ingin menjadi itu semua, tanpa harus kehilangan siapa diri mereka sebenarnya. --Pinterest

BACA JUGA: Lirik dan Terjemahan ExtraL Milik Jennie ft. Doechii: Perayaan Keberanian Perempuan

Hilangnya jati diri perempuan setelah menikah adalah persoalan yang tak terlihat, tapi dampaknya sangat nyata. Ini bukan hanya tentang selera makan yang berubah, tapi tentang hilangnya ruang untuk menjadi diri sendiri.

Tentang mimpi yang tertahan, tentang keinginan yang diredam dan tentang identitas yang perlahan mengabur di balik peran domestik. Perempuan bukan tidak ingin menjadi istri atau ibu.

Mereka ingin menjadi itu semua, tanpa harus kehilangan siapa diri mereka sebenarnya. Menikah seharusnya bukan menjadi titik akhir perjalanan personal, melainkan perjalanan baru yang memungkinkan keduanya untuk tumbuh bersama, dalam kesetaraan, saling dukung, dan saling jaga.

BACA JUGA: Pernikahan Anak di Jatim Masih Tinggi

Menjaga bukan hanya soal mengurus rumah, anak, atau pasangan. Tapi juga menjaga satu sama lain agar tetap hidup sebagai individu. Sebab, setiap perempuan punya hak untuk tetap menjadi dirinya, meski telah berbagi hidup dengan orang lain.

Jadi, masihkah ia boleh makan ayam geprek hari ini? Atau sudah tidak ada tempat lagi untuk keinginannya sendiri? (*)

*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: