Apakah Ramadan Benar-Benar Meninggalkan Kita?

Apakah Ramadan Benar-Benar Meninggalkan Kita?

Ramadan pergi, tapi nilai dan cahayanya seharusnya tetap tinggal dalam diri kita.-baramyou0708-

Ramadan menyadarkan kita bahwa ada hak orang lain dalam harta kita, dan juga menyadarkan bahwa banyak saudara kita yang hidup dalam kekurangan.

Bagaimana setelah Ramadan Berakhir?


Ramadan mengajarkan kita peduli dan berbagi, membangun keseimbangan sosial di tengah kesenjangan.-Fatanfilm-Getty Images

Kini pertanyaannya, setelah gema takbir memudar dan rutinitas kembali normal, apa yang masih kita pertahankan dari Ramadan? Apakah mushaf Al-Qur’an masih kita buka, atau kembali diletakkan di rak dan dilupakan?

Apakah qiyamul lail masih kita tegakkan, atau sudah menjadi alarm yang kita senyapkan? Apakah sedekah tetap menjadi kebiasaan, atau kembali dilupakan karena kesibukan duniawi?

BACA JUGA: 7 Kebiasaan Baik yang Tetap Bisa Dikerjakan secara Konsisten setelah Ramadan

Kita sadari betul bahwa iman manusia bersifat dinamis – sesaat naik dan seketika turun. Fakta ini adalah fitrah dan sebuah keniscayaan. Dalam sebuah doa yang sangat akrab di telinga orang beriman, Rasulullah Saw mengajarkan, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu”.

Permohonan ini adalah pengakuan bahwa hati manusia sangat mudah berubah arah. Maka setelah usai bulan Ramadan, ujian sejatinya justru baru dimulai: Mampukah kita menjaga nyala iman saat suasana tak lagi seagung Ramadan?

Apakah kita akan kalah dan menyerah pada hawa nafsu? Ataukah kita tetap berjuang, walau sedikit demi sedikit, untuk menapaki jalan takwa? Jika Ramadan membentuk diri yang lebih baik, tugas kita adalah menjaga bentuk itu tetap utuh.

BACA JUGA: Membayar Utang Puasa Ramadan di Bulan Syawal, Sempurnakan Ibadah dengan Keutamaan Ganda

Ramadan bukanlah momen sekali setahun yang hanya memberi kesan sementara. Ia adalah pelatihan hidup. Yang perlu kita buktikan adalah bagaimana menjaga keberlangsungan dan kesinambungannya setelah Ramadan berlalu.

Ramadan Tidak Boleh Kita Biarkan Pergi


Setelah Ramadan berlalu, ujian sebenarnya dimulai: mampukah kita menjaga nyala iman?-Ahmed Aqtai-Pexels

Ramadan tidak boleh benar-benar pergi. Nilai-nilainya harus tetap hidup bersama kita dalam sikap, kebiasaan, dan pilihan hidup. Kita menyadari betul gejolak jiwa, mengapa saat Ramadan datang, hati kita terasa hidup, sajadah tak pernah kosong, dan malam-malam menjadi taman rindu?

Tapi ketika Ramadan berlalu, gairah itu ikut surut, sepi dan senyap. Sementara pada sisi lain, kita pun menyadari sesadar-sadarnya bahwa Allah Swt tak pernah pergi, berubah, atau bahkan berpaling.

Saat memasuki bulan Ramadan, kita berhidmat bahwa pertemuan dengan Ramadan akan membuat hidup kita lebih jernih. Waktu pagi, siang dan malam kita terasa bening dan suci. Getar dada, desah nafas, dan aliran darah dipenuhi harap ampunan.

BACA JUGA: 4 Tradisi Ramadan di Negara Minoritas Muslim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: