Dindik Jatim Gandeng Sekolah Swasta Beri Beasiswa bagi Siswa Tak Lolos SPMB

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Aries Agung Paewai saat sedang meninjau kegiatan belajar mengajar di kelas.-Dokumentasi Dinas Pendidikan Jatim-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Menyikapi terbatasnya daya tampung sekolah negeri dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur (Dindik Jatim) menggandeng sekolah swasta untuk memberikan beasiswa bagi siswa yang tidak lolos seleksi.
Langkah ini diambil sebagai solusi atas 420.856 lulusan SMP sederajat (61,69%) yang tidak tertampung di SMA/SMK negeri.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim Aries Agung Paewai mengungkapkan, pihaknya sedang memfinalisasi nota kesepahaman (MoU) dengan asosiasi sekolah swasta.
”Kami sedang berdiskusi terkait biaya SPP gratis dari kuota 10% di masing-masing sekolah swasta. MoU akan ditandatangani 2 Mei mendatang,” jelas Aries, Rabu, 16 April 2025.
Menurutnya, kolaborasi ini menjadi ikhtiar konkret untuk mencegah putus sekolah. Di Jatim, ada 1.083 SMA swasta dan 1.860 SMK swasta. Jika masing-masing menyediakan 10 beasiswa, maka 29.430 siswa terbantu.
Dindik Jatim akan mengawal implementasi MoU dengan sekolah swasta, termasuk memastikan transparansi seleksi penerima beasiswa. ”Kami berkomitmen memberikan kesempatan setara bagi semua siswa, tanpa terkecuali,” ucap Aries.
Sementara itu, Gubernur Khofifah Indar Parawansa menekankan pentingnya integritas dalam pelaksanaan SPMB nanti. ”Proses penerimaan murid harus objektif, transparan, dan berkeadilan. Pakta integritas wajib ditandatangani semua pihak,” tegasnya.
Khofifah juga mengingatkan bahwa daya tampung sekolah negeri hanya 38,31%. ”Kita tidak boleh berhenti pada penolakan. Harus ada solusi, seperti program beasiswa ini, agar tidak ada anak yang tertinggal,” ujarnya.
Lebih jauh, Gubernur perempuan pertama Jatim itu mendorong sekolah untuk mempersiapkan generasi emas menyambut Indonesia Emas 2045. Menurutnya, guru dan kepala sekolah adalah kunci. Sukses anak-anak di masa depan adalah amal jariyah bagi pendidik.
Di samping itu, Khofifah menilai perlu ada penguatan jejaring alumni sebagai pendukung keberlanjutan pendidikan. Sebab, alumni sukses adalah bukti keberhasilan sekolah. ”Kita harus membangun sistem seperti Harvard atau Al-Azhar yang menjaga ikatan kuat dengan lulusannya,” urainya.
Di sisi lain, ia mengakui tantangan dunia pendidikan yang kerap tidak mendapat perhatian publik. ”Prestasi tidak selalu viral, tapi tetaplah optimis. Kerja keras kita hari ini akan terasa saat anak-anak ini memimpin Indonesia di 2045,” ujarnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: