Waketum PSSI Zainudin Amali Rangkap 3 Jabatan, Jadi Komisaris LIB dan Bhayangkara FC!

Waketum PSSI Zainudin Amali Rangkap 3 Jabatan, Jadi Komisaris LIB dan Bhayangkara FC!

Waketum PSSI Zainudin Amali Rangkap 3 Jabatan, Jadi Komisaris LIB dan Bhayangkara FC!-PSSI-PSSI


Bhayangkara Presisi Lampung FC promosi ke Liga 1 2025/2026-Instagram @bhayangkarafc-

Keberadaan Zainudin Amali di tiga posisi strategis ini menciptakan risiko serius bagi legitimasi kompetisi sepak bola Indonesia. Sebagai Waketum PSSI, ia memiliki akses langsung terhadap pembuatan regulasi dan kebijakan yang mengatur seluruh aspek kompetisi.

Di saat yang sama, sebagai Komisaris Utama PT LIB, ia berperan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut di lapangan.

Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, sebagai Komisaris Bhayangkara FC, ia memiliki kepentingan langsung terhadap performa dan keuntungan klub tersebut.

Publik tentu bertanya-tanya-tanya, bagaimana mungkin seorang individu yang memiliki kekuasaan di level regulator, operator, dan peserta kompetisi bisa benar-benar objektif?

Potensi konflik kepentingan itu tidak hanya merusak prinsip transparansi dan fair play, tetapi juga mengancam kepercayaan publik terhadap sistem sepak bola nasional.

BACA JUGA:PSSI Resmi Pecat Indra Sjafri dari Pelatih Timnas Indonesia U-20, Ini Ucapan Erick Thohir!

BACA JUGA:PSSI Perkenalkan Patrick Kluivert, Ini Janjinya untuk Timnas Indonesia

Jadi Ancaman Terhadap Reformasi Sepak Bola Indonesia?


Pertandingan Timnas Indonesia vs China di round ketiga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di SUGBK, bertepatan dengan malam takbiran Iduladha-Tangkapan Layar [email protected]

Indonesia sedang berada dalam fase penting reformasi sepak bola, terutama setelah tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa pada 2022.

Publik berharap bahwa PSSI dan pemangku kebijakan lainnya akan fokus pada peningkatan tata kelola, profesionalisme, dan transparansi dalam kompetisi.

Namun, rangkap jabatan seperti yang dilakukan Zainudin Amali justru berpotensi memperburuk citra federasi dan memperlambat proses reformasi.

Situasi itu seharusnya menjadi peringatan keras bagi semua pihak terkait. Jika tidak ditangani dengan serius, rangkap jabatan yang dilakukan Amali bisa menjadi preseden buruk yang membuka pintu bagi praktik-praktik nepotisme dan kolusi di tubuh sepak bola nasional.

Itu bukan hanya soal individu, tetapi juga tentang bagaimana sistem yang seharusnya independen bisa runtuh akibat kebijakan yang tidak netral.

BACA JUGA:Kecewa STY Dipecat, Komisi X Segera Panggil PSSI untuk Evaluasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: