Sinyal Bertubi-tubi untuk Gibran

Sinyal Bertubi-tubi untuk Gibran

ILUSTRASI Sinyal bertubi-tubi untuk Wapres Gibran Rakabuming Raka.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Secara eksplisit, sudah jelas Gibran bukan lagi pilihan utama PAN. Menginginkan ada kocok ulang. Gaya politik PAN itu  khas manuver partai medioker yang tak akan pernah berani melawan presiden. Saat mendukung Gibran,  itu karena mereka berhadapan dengan Jokowi yang masih menjabat RI-1.

Sinyal ketiga, dinamika di Partai Gerindra, partai milik Prabowo. Partai sudah mengusulkan Prabowo maju lagi. Artinya, calon lain, terutama dalam koalisi, yang ingin jadi capres harus tahu diri. Termasuk Gibran.

Sinyal keempat, ya desakan dari para jenderal, laksamana, dan marsekal yang ditulis di atas. Suara tokoh senior militer itu bagian dari cermin suara publik juga.

Gibran dan timnya terlihat terus melakukan upaya menarik simpati. Tidak diam, tapi juga melakukan berbagai strategi. Setelah muncul desakan mundur, Gibran langsung menayangkan monolog mengenai bonus demografi.

Hasilnya, reaksi mayoritas netizen negatif. Jauh lebih dislike daripada like. Di kolom komentar, jarang ditemukan komentar positif. Hampir semua isinya negatif dan memberikan kritik. 

Stigma negatif untuk Gibran masih tidak jauh dengan proses ia menjadi wakil presiden. Putusan MK mengubah UU yang meloloskan anak sulung Jokowi tersebut tak bisa dilupakan publik. Paling tidak, itu tergambar dari reaksi di berbagai platform medsos.

Mengutip istilah Prof Mahfud MD, cibiran yang diterima Gibran itu hukuman sosial. Karena pelanggaran etik dan moral untuk meraih posisinya itu. 

Apakah Gibran mampu bertahan? Diam saja, ia akan tetap di kursi wapres.  Sepanjang anak buah Jokowi tetap sowan ke Solo, posisi Gibran masih aman-aman saja. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: