Sasar Pelaku UMKM sebagai Konsumen, Cara Intiland Tingkatkan Penjualan

Perumahan type Loka di Amesta Living Gununganyar Surabaya 28 April 2025.-Boy Slamet-
HARIAN DISWAY - Intiland Group melihat sektor properti perlahan mulai pulih. Saat ini, perekonomian Jawa Timur mulai menunjukkan pertumbuhan, meskipun sejumlah tantangan masih dihadapi para pengembang. Salah satunya adalah kondisi pasar yang semakin kompetitif.
“Kami melihat bahwa konsumen saat ini semakin cermat dalam mencari properti. Tentu, yang mereka cari adalah properti yang menawarkan nilai lebih. Baik dari segi konsep, fasilitas, maupun peluang investasinya,” ujar Direktur Marketing Intiland wilayah Surabaya Harto Laksono kepada Harian Disway, Senin, 5 Mei 2025.
Di sisi lain, Intiland juga mulai melirik masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulan, Misalnya, seperti pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Menurut Harto, pelaku UMKM memiliki potensi besar untuk mendorong peningkatan penjualan properti.
“Bisnis mereka yang terus berkembang membuat daya beli mereka akan kuat di masa depan. Ditambah lagi, fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) dari perbankan bisa membantu mereka membeli properti. Cicilannya bisa mencapai 20 tahun, meskipun saat ini masih ada pelaku UMKM yang pengajuan KPR-nya ditolak oleh bank,” bebernya.
BACA JUGA:Tarik Investor Surabaya, Tiga Perusahaan Broker Tawarkan Properti Nusantara
BACA JUGA:Pinjol Tekan Penjualan Properti
Ia mengungkapkan bahwa sejumlah properti Intiland telah banyak diisi oleh pelaku UMKM, seperti Plaza Graha Famili, Plaza Segi Delapan, Loop Graha Famili, dan Loop Tierra. “Beragam UMKM di sektor makanan turut mewarnai kawasan Loop yang kami kembangkan,” ujarnya.
Selain itu, Harto menilai subsidi pemerintah melalui Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) sangat membantu pengembang properti. “Pengoptimalan stimulus PPN DTP ini akan membantu menumbuhkan penjualan di sektor properti, khususnya untuk segmen end-user yang masih mendominasi pasar hunian. Di tengah melemahnya daya beli masyarakat, PPN DTP ini cukup melegakan pengembang maupun calon pembeli,” terangnya.
Ia juga mendukung upaya pemerintah dalam mempermudah masyarakat memiliki properti. Misalnya pemberian insentif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebesar 5 persen dan penyediaan infrastruktur pendukung seperti akses jalan ke lokasi properti yang dikembangkan.
Penghuni perumahan Amesta Living memanfaatkan Vasum untuk bermain di sore hari 28 April 2025.-Boy Slamet-
“Termasuk penguatan sinergi antara pemerintah dan swasta, serta kebijakan yang proaktif. Semua itu punya peluang besar untuk menumbuhkan sektor properti nasional,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina DPP Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida, mengungkapkan bahwa sebanyak 90 persen pembeli rumah di Indonesia memanfaatkan program KPR.
“Sekarang fasilitas kredit ini juga bisa diakses oleh masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap. Mereka ini bukan tidak punya pemasukan, hanya saja tidak terdaftar di sistem perbankan. Bank masih buta terhadap pemasukan mereka,” ujarnya.
Menurutnya, harus ada sistem yang memungkinkan masyarakat tanpa penghasilan tetap untuk tetap bisa memiliki rumah. “Ini sebenarnya sudah dibahas sekitar 10 tahun lalu. Tetapi tidak ada realisasinya, padahal dulu kita sudah membahas teknisnya,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: