Refleksi HUT Ke-80 Kemerdekaan RI: Globalisasi dan Imunitas Nasionalisme Kita

Refleksi HUT Ke-80 Kemerdekaan RI: Globalisasi dan Imunitas Nasionalisme Kita

ILUSTRASI Refleksi HUT Ke-80 Kemerdekaan RI: Globalisasi dan Imunitas Nasionalisme Kita.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

TANGGAL 17 Agustus 1945 merupakan salah satu peristiwa bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi salah satu embrio terpenting dalam sejarah lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan Soekarno-Hatta

Sejak itulah kita tak sekadar memiliki identitas kultural, tapi juga identitas sebuah negara yang berdaulat, baik secara politik maupun hukum.  

Kini usia kemerdekaan kita sudah memasuki 80 tahun. Sebuah usia yang sudah penuh dengan kematangan. 

Di hari Kemerdekaan RI ini, diharapakan semua anak bangsa melakukan refleksi dan revitalisasi semangat nasionalisme dan kebangkitan baru menuju bangsa yang lebih beradab dan mandiri. Saat ini kita sedang menghadapi tantangan global dan ancaman nasionalisme.  

BACA JUGA:Meriahkan Hut Ke-80 RI, Mercure Surabaya Grand Mirama Gelar Pembagian Bendera, Upacara, dan Karnaval

BACA JUGA:Semarak Kirab HUT ke-80 RI, Duplikat Bendera Merah Putih dan Teks Proklamasi Diarak dengan Kereta Kencana

Arus perubahan besar telah terjadi dan bergerak begitu cepat di seantero dunia. Perubahan besar tersebut bukan sekadar perubahan yang bergerak secara alamiah, melainkan by design

Ada ideologi dominan yang menggerakkan perubahan besar tersebut, yakni kapitalisme. Perubahan besar itu digambarkan secara detail oleh Karl Polanyi (2003) sebagai transformasi besar yang dikendalikan ideologi dominan dunia, yakni kapitalisme

Ideologi itulah yang coba disemburkan ke berbagai pelosok dunia untuk bisa diterapkan sebagai ideologi tunggal dalam praktik pembangunan. Kita hidup di dalam dunia transformasi yang memengaruhi hampir setiap aspek dari apa yang kita lakukan. 

BACA JUGA:Prabowo Jadi Inspektur Upacara HUT Ke-80 RI Bernuansa Wastra, Kenakan Beskap dan Songket

BACA JUGA:Ini Riwayat Pendidikan Bianca Lantang asal Tomohon, Pembawa Baki Bendera Pusaka di HUT Ke-80 RI

Entah baik atau buruk, kita didorong masuk ke dalam lingkaran dan tatanan global yang tidak dipahami sepenuhnya oleh siapa pun, tetapi dampaknya dapat kita rasakan semua. Itulah yang disebut oleh A. Giddens sebagai globalisasi.

Kita tak dapat melepaskan diri dari kehidupan global. Batas-batas teritorial sebuah negara dipahami bukan sekadar batas geografis yang memisahkan sebuah negara dengan negara lain, melainkan batas-batas budaya, yang memisahkan sebuah komunitas budaya yang satu dengan yang lain. 

Dalam pandangan kaum modernisme, globalisasi dan modernisasi akan melahirkan homogenisasi kultural. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: