Pembunuhan Jurnalis Juwita: Seks, Cinta, Pembunuhan

ILUSTRASI Pembunuhan Jurnalis Juwita: Seks, Cinta, Pembunuhan. Juwita dibunuh pacar sendiri. Yakni, anggota TNI-AL Kelasi I Jumran. Jumran tidak mau bertanggung jawab setelah berhubungan seks dengan Juwita.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Diungkapkan: ”Kita semua tahu stereotipe arti seks bagi pria. Tetapi, seberapa banyak yang benar? Apa sebenarnya arti seks bagi pria? Dan, apa peran cinta dalam hal itu?”
Sebuah metanalisis tahun 2019 menemukan bahwa respons sistem saraf terhadap gambar seksual dan erotis tidak terkait jenis kelamin. Reaksi pria-wanita sama saja.
Di riset tu, aktivitas otak peserta dilacak saat melihat gambar netral. Kemudian, diganti ke gambar seksual. Hasilnya, ketika materi seksual ditampilkan, beberapa wilayah otak peserta menjadi lebih aktif.
Ada sedikit perbedaan antara pria dan wanita. Di otak pria, aktivitas otak dan respons fisiologis mereka menjadi kurang intens setelah paparan berulang gambar erotis. Sebaliknya, wanita stabil.
Kesimpulannya, hasrat seksual paling intens bagi pria berakar pada gambar seksual baru atau pengalaman baru, dengan pasangan baru.
Apa hubungannya cinta dengan itu? Antropolog Helen Fisher menggambarkan hubungan romantis manusia dalam tiga tahap.
Pertama, nafsu. Tahap itu didominasi tindakan fisik seks, kepuasan seksual, dan seks bebas.
Kedua, ketertarikan. Perhatian diarahkan kepada calon pasangan dan menghabiskan waktu dengan orang tersebut.
Ketiga, keterikatan. Pasangan membentuk ikatan satu sama lain dengan cara memberikan ketenangan dan kenyamanan. Di sana sudah ada komitmen antar pasangan.
Di fase keterikatan, saat peningkatan kadar oksitosin dan vasopresin terlihat. Hormon-hormon itu membantu orang merasa tenang, nyaman, dan terikat dengan pasangan. Itu tahap untuk menenangkan diri dan menemukan penghiburan serta dukungan dari pasangan.
Dalam tiga tahap tersebut, otak melepaskan hormon untuk memberikan penghargaan kepada Anda saat Anda melewati setiap tahap.
Penelitian Fisher juga menemukan bahwa pria maupun wanita mengalami tahap-tahap itu. Menunjukkan bahwa pendekatan mereka terhadap cinta dan seks sangat mirip.
Riset itu bisa dicemooh masyarakat. Sebab, dimulai dari tahap nafsu seks. Tidak sesuai dengan adat masyarakat Timur meski sangat banyak terjadi. Tapi, begitulah risetnya.
Jika riset tersebut dikaitkan dengan kasus pembunuhan Juwita, juga beberapa kasus pembunuhan asmara lainnya, punya kemiripan. Seks duluan, cinta nanti dulu. Di kasus Juwita, Jumran menegaskan kepada temannya bahwa ia tidak cinta Juwita meski sudah berhubungan seks.
Kasus itu, juga kasus sejenis lainnya, bisa menjadi bahan pelajaran masyarakat agar tidak jadi korban atau pelaku. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: