Warga Gaza Hadapi Kelaparan, 70 Persen Wilayah Tak Lagi Aman dari Pengeboman Israel

Warga Palestina berlarian menyelamatkan diri saat serangan Israel menghantam rumah di Jabalia, Jalur Gaza utara, 15 Mei 2025. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa banyak warga di Jalur Gaza kini mengalami kelaparan.--Bashar TALEB / AFP
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 2.876 orang telah tewas sejak Israel melanjutkan serangan pada 18 Maret, menjadikan total korban tewas dalam perang mencapai 53.010 jiwa.
Pada Kamis, 15 Mei 2025, Hamas menegaskan bahwa pemulihan bantuan kemanusiaan merupakan “syarat minimum” untuk melanjutkan negosiasi.
BACA JUGA:Hamas Akan Bebaskan Sandera Warga Negara Israel-Amerika, Trump Harap ada Kemajuan Perundingan Damai
Hamas juga memperingatkan bahwa Gaza “tidak untuk dijual,” hanya beberapa jam setelah Trump kembali mengusulkan ide kontroversial untuk mengambil alih wilayah itu dan mengubahnya menjadi “zona kebebasan”.
Sementara itu, kelompok keluarga sandera mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena dinilai melewatkan “peluang bersejarah” untuk membebaskan para sandera.
Dari 251 orang yang diculik Hamas pada Oktober 2023, sebanyak 57 masih ditahan di Gaza dan 34 di antaranya dinyatakan tewas oleh militer Israel.
BACA JUGA:Warga Gaza Berjuang Hidup di Tengah Penaklukan Israel dan Krisis Pangan yang Memprihatinkan
Namun, kelompok pendukung sandera lainnya justru mendorong peningkatan tekanan militer dan diplomatik terhadap Hamas, termasuk dengan pengepungan total serta pemutusan pasokan air dan listrik.
Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa 70 persen wilayah Gaza kini masuk zona larangan atau berada di bawah perintah evakuasi.
Badan-badan internasional seperti WHO dan UNRWA memperingatkan bahwa pasokan makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan hampir habis.
BACA JUGA:Israel Siapkan Rencana Penaklukan Gaza, Netanyahu Bertekad Relokasi Warga Gaza ke Mesir dan Yordania
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga melaporkan bahwa satu-satunya rumah sakit di Gaza yang masih melayani pasien kanker dan jantung telah berhenti beroperasi setelah rusak berat akibat serangan Israel.
Pejabat senior Hamas, Basem Naim, menyatakan bahwa akses terhadap makanan, air, dan obat-obatan merupakan hak asasi manusia dan tidak boleh dijadikan alat tawar-menawar politik.
Sementara konflik belum menunjukkan tanda-tanda mereda, dunia internasional terus mendesak penyelesaian yang manusiawi dan berkelanjutan bagi krisis ini.(*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: