Rusia dan Ukraina Akan Bertemu Lagi Untuk Pembicaraan Damai, Ukraina Tolak Penyerahan 20 Persen Wilayah Yang Sudah Dikuasai Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Ketua Majelis Nasional Tajikistan di Moskow, pada 28 Mei 2025. Rusia usulkan pembicaraan damai baru dengan Ukraina di Istanbul pada Senin, 2 Juni 2025. --Alexei NIKOLSKY / POOL / AFP
HARIAN DISWAY - Pemerintah Rusia mengusulkan pembicaraan damai baru dengan Ukraina yang dijadwalkan berlangsung di Istanbul pada Senin, 2 Juni 2025.
Namun, pemerintah Ukraina menegaskan bahwa mereka ingin melihat proposal perdamaian Rusia terlebih dahulu sebelum pertemuan berlangsung agar negosiasi bisa menghasilkan kesepakatan.
Usulan ini disampaikan setelah pertemuan pertama antara Rusia dan Ukraina di Istanbul pada 16 Mei lalu gagal membuahkan hasil.
BACA JUGA:Rusia dan Ukraina Gagal Capai Kesepakatan Gencatan Senjata, Tapi Setuju Untum Tukar Tahanan
Pertemuan tersebut merupakan dialog langsung pertama antara kedua negara dalam lebih dari tiga tahun berperang.
Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov berbicara kepada media sebelum kedatangan tawanan perang Ukraina yang dibebaskan pada 23 Mei 2025. Rusia usulkan pembicaraan damai baru dengan Ukraina di Istanbul pada Senin, 2 Juni 2025. --Genya SAVILOV / AFP
Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, yang menjadi negosiator utama dalam pertemuan sebelumnya, menyatakan bahwa pihaknya telah menyerahkan proposal damai kepada Rusia dan kini menunggu dokumen balasan dari Moskow.
“Mereka masih punya waktu empat hari untuk mengirimkan dokumen tersebut agar bisa kami pelajari sebelum pertemuan,” ujar Umerov melalui akun X (sebelumnya Twitter), sebagaimana ditulis oleh AFP (Agence France-Presse).
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyatakan bahwa delegasi Rusia yang dipimpin oleh Vladimir Medinsky siap mempresentasikan proposal perdamaian dalam bentuk memorandum dan memberikan penjelasan secara langsung dalam pertemuan mendatang di Istanbul.
Konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung sejak Februari 2022. Dalam tiga tahun terakhir, puluhan ribu nyawa melayang dan wilayah timur serta selatan Ukraina mengalami kerusakan besar.
Saat ini, Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, termasuk Semenanjung Krimea yang dianeksasi pada 2014.
BACA JUGA:Trump Sebut Putin 'Gila' Setelah Rusia Luncurkan Serangan 298 Drone ke Ukraina, 13 Orang Tewas
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang aktif mendorong proses damai mengaku kecewa dengan sikap Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: