Rusia dan Ukraina Akan Bertemu Lagi Untuk Pembicaraan Damai, Ukraina Tolak Penyerahan 20 Persen Wilayah Yang Sudah Dikuasai Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Ketua Majelis Nasional Tajikistan di Moskow, pada 28 Mei 2025. Rusia usulkan pembicaraan damai baru dengan Ukraina di Istanbul pada Senin, 2 Juni 2025. --Alexei NIKOLSKY / POOL / AFP
Ia menyayangkan Rusia masih melancarkan serangan udara mematikan ke Ukraina di tengah upaya diplomasi. Namun ia menolak seruan untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi kepada Moskow.
Trump juga mengatakan bahwa ia akan mengevaluasi keseriusan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam dua minggu kedepan untuk memutuskan langkah lanjutan.
BACA JUGA:Putin Umumkan Gencatan Senjata 30 Jam saat Paskah, Rusia dan Ukraina Bertukar Tahanan
Dalam pembicaraan telepon dengan Lavrov, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio meminta Rusia menunjukkan itikad baik dan terlibat dalam dialog yang konstruktif.
Rubio menegaskan bahwa dialog dengan Ukraina adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri perang ini.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada konferensi pers dengan Kanselir Jerman di Berlin pada 28 Mei 2025. Rusia usulkan pembicaraan damai baru dengan Ukraina di Istanbul pada Senin, 2 Juni 2025. --Odd ANDERSEN / AFP
Ukraina sendiri menolak permintaan Rusia agar menyerahkan wilayah yang telah diduduki dan menghentikan upaya bergabung dengan NATO. Presiden Volodymyr Zelensky menyebut tuntutan tersebut tidak dapat diterima.
BACA JUGA:Serangan Drone Rusia Tewaskan 9 Warga Sipil Ukraina Usai Pertemuan Damai di Turki
BACA JUGA:Trump Ancam Akan Jatuhkan Sanksi Baru terhadap Rusia Setelah Serangannya ke Ukraina
“Mereka akan terus mencari alasan untuk tidak mengakhiri perang ini,” kata Zelensky dalam konferensi pers di Berlin bersama Kanselir Jerman Friedrich Merz.
Di medan perang, Zelensky mengungkapkan bahwa Rusia kini telah menempatkan lebih dari 50.000 tentaranya di wilayah perbatasan timur laut, khususnya di sekitar Sumy.
Sebelumnya, dalam pertemuan 16 Mei lalu, kedua pihak sempat menyepakati pertukaran masing-masing 1.000 tahanan dan menyatakan komitmen menyusun proposal perdamaian.
BACA JUGA:Menlu AS Sebut Ukraina Harus Merelakan Wilayah Yang Dikuasai Rusia Jika Ingin Perdamaian Terjadi
Namun, Rusia masih terus melancarkan serangan mematikan ke Ukraina dan tetap menolak seruan gencatan senjata.
Dengan waktu yang semakin mendesak, dunia kini menantikan apakah pertemuan lanjutan pada 2 Juni nanti akan menjadi titik balik menuju perdamaian, atau hanya akan menjadi satu lagi episode dalam konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: