Seleksi: Karya Tersembunyi Persembahan Dua Ketuk dan Klub Selasa Sore Mainkan Karya yang Jarang, Asing, dan Unik

Penampilan orkestra gesek yang dipimpin dan dibuat oleh komposernya sendiri, Maigty Simatupang, berjudul Rhapsody for A Big Promise.--Klub Selasa Sore
Menghidupkan komposisi-komposisi yang jarang ditemukan dipersembahkan dua komunitas Dua Ketuk dan Klub Selasa Sore melalui penampilan para musisi generasi baru dalam musik klasik.
Namanya saja karya tersembunyi. Maka, apa yang dimainkan bisa jadi tak terlalu akrab di telinga para pecinta musik klasik. Seperti yang ada dalam konser Seleksi: Karya Tersembunyi di Tembi Rumah Budaya, Bantul, DI Yogyakarta, pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Dimulai sejak pukul 19.00, konser menyuguhkan pilihan-pilihan yang dinilai penonton sebagai komposisi jarang atau bahkan belum pernah dibawakan. Dikondisikan dengan Duel Not Duet untuk cello dan contrabass karya Maigty Simatupang, program malam itu dibuka dengan penampilan solo Ryoma Fransdiarra. Ia membawakan karyanya sendiri berjudul Chasing Trains (2024).
BACA JUGA: Kerja Santai tapi Produktif dengan Musik
Ryoma Fransdiarra membawakan karyanya sendiri berjudul Chasing Trains.--Klub Selasa Sore
Sejak Ryoma muncul, penonton dituntun untuk memahami komposisi bukan hanya dari apa yang didengarkan. Tetapi diajak untuk lebih memahami latar belakang mengapa komposisi itu dipilih dan diciptakan.
Inilah yang membuat konser Seleksi: Karya Tersembunyi bisa dinikmati. Meski kadang tak memahami suara-suara yang dibunyikan oleh beragam alat musik, tapi mencerna kontekslah yang dipentingkan oleh Dua Ketuk dan Klub Selasa Sore dari konser tersebut.
Misalnya, Tubuh Revolusi (2024) karya Nayaka Farrell yang dibawakan Dominikus Setyawan dan Gabriel Amadeus memberi tahu cara menikmati sebuah puisi.
BACA JUGA: Hari Musik Nasional dan Ambisi Global: Indonesian Wave dan K-Pop?
Gabriel Amadeus (piano) mengiringi Dominikus Setyawan (vokal) dalam Tubuh Revolusi karya Nayaka Farrell atas puisi Hati Bening.--Klub Selasa Sore
Ya, Tubuh Revolusi diciptakan Nayaka atas puisi yang ditulis Hati Bening. Menggambarkan lahirnya bayi. Di antara euforia dan perayaan, peristiwa itu selalu mengorbankan tubuh ibu dan menyisakan kecemasan bapak atas masa depan mereka.
Mundur jauh ke belakang, ada tiga karya dibawakan Maigty Simatupang dan Gabriel Amadeus. Hungarian Rhapsody (1893) oleh David Popper dan Suite Orientali (1900) oleh Melanie Bonis. Satu lagi karya Nayaka Farrell, More or Less (2023).
Komposisi karya Lukas Sommer, Third Letter to A Father, menjadi persembahan selanjutnya. Dipilih sendiri oleh Maigty Simatupang, cellist, komposisi itu dimainkan bersama M Baqi El Vatikan, Odilia Callista, Hati Bening, dan Dhani Ahmad untuk menerjemahkan keinginan komposer Ceko itu untuk mendiang ayahnya.
BACA JUGA: Vinyl Tetap Laku di Era Streaming Musik Digital, Jadi Tren Gen Z
Komposisi karya Lukas Sommer, Third Letter to A Father, dipilih sendiri oleh Maigty Simatupang, cellist, yang dimainkan bersama M Baqi El Vatikan, Odilia Callista, Hati Bening, dan Dhani Ahmad.--Klub Selasa Sore
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: