Pancasila sebagai Roh Pembangunan dan Identitas Bangsa: Refleksi dari Tanah Reog

ILUSTRASI Pancasila sebagai Roh Pembangunan dan Identitas Bangsa: Refleksi dari Tanah Reog.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Rektor Universitas Pancasila Didemo, Jadi Sulit Kerja
Dalam setiap tarian dan alunan gamelan reog, termuat pesan keberanian, solidaritas, pengorbanan, dan spiritualitas –nilai-nilai yang sejatinya selaras dengan spirit Pancasila.
Dalam masyarakat Ponorogo, Ketuhanan Yang Maha Esa tidak hanya tampak dari praktik keagamaan, tetapi juga dalam toleransi yang hidup di antara komunitas beragama. Masjid, gereja, dan pura berdiri berdampingan dalam harmoni.
Hal itu mencerminkan apa yang oleh Emile Durkheim disebut sebagai ”kesadaran kolektif”. Yakni, kesadaran moral bersama yang melampaui kepentingan individu.
BACA JUGA:Rektor Universitas Pancasila Dipolisikan Karyawati
BACA JUGA:Lahirnya Pancasila
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab tampak nyata dalam budaya gotong royong masyarakat desa. Dalam konteks sosiologi, itu adalah bentuk solidaritas mekanik sebagaimana dijelaskan Durkheim. Yaitu, kohesi sosial terbangun karena kesamaan nilai dan norma.
Ketika ada tetangga yang punya hajatan, asap dapur empunya hajat dikepulkan oleh ibu-ibu yang saling bantu menyiapkan hidangan diiringi tawa riuh rendahnya. Tidak ditanya apa agamanya, sukunya, atau status sosialnya. Yang ada hanya tindakan: membantu dan berbagi.
Persatuan Indonesia bukanlah utopia di Ponorogo. Ia hadir dalam komunitas-komunitas petani, pelaku UMKM, dan seniman reog yang hidup dalam keanekaragaman, tetapi tetap bersatu dalam semangat kebangsaan.
BACA JUGA:Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Sejarah dan Maknanya bagi Bangsa Indonesia
BACA JUGA:Terpilih Jadi Lokasi Upacara Hari Lahir Pancasila, Blok Rokan Jadi Simbol Ketahanan Energi Nasional
Itu adalah bentuk nyata dari pluralisme produktif. Perbedaan menjadi energi pemersatu, bukan pemicu konflik.
Sila keempat –Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan– tampak dalam kultur musyawarah yang terpelihara dari lingkup RT hingga kebijakan daerah.
Dalam perspektif deliberatif seperti dikemukakan Jurgen Habermas, demokrasi bukan sekadar prosedural, melainkan juga komunikatif –tempat diskursus publik menjadi sarana mencapai konsensus yang rasional dan inklusif.
Sila kelima, yakni Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menjadi orientasi pembangunan di Ponorogo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: