Save Raja Ampat

Save Raja Ampat

ILUSTRASI Save Raja Ampat.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Istana Cabut Izin Tambang di Raja Ampat, Begini Tanggapan Menteri Pariwisata

Para aktivis lingkungan menyebut teori butterfly effect atau efek kupu-kupu untuk menggambarkan ekosistem lingkungan seluruh dunia yang saling berhubungan. Kepak sayap kupu-kupu di California bisa mengakibatkan badai besar di Tiongkok. 

Sebab, kepak kecil itu bisa memengaruhi cuaca yang mengakibatkan terjadinya tornado ribuan kilometer dari tempat sang kupu-kupu.

Ungkapan itu menggambarkan kesatuan ekosistem lingkungan seluruh dunia. Hutan Amazon di Amerika Selatan mempunyai hubungan saling memengaruhi dengan Padang Sahara di Afrika. 

BACA JUGA:Presiden Prabowo Perintahkan untuk Evaluasi Izin-Izin Tambang di Raja Ampat

BACA JUGA:Bahlil Lahadalia Tinjau Tambang PT GAG Nikel di Raja Ampat, Dirjen ESDM Sebut Tambang Tak Ada Masalah

Debu yang diterbangkan angin dari Sahara membawa fosfor yang terbang ribuan kilometer menyeberang Atlantik, kemudian mendarat di hutan Amazon. Fosfor itu kemudian menjadi makanan tetumbuhan di Amazon dan menjaga kelestariannya.

Sebaliknya, kerusakan di hutan Amazon akan memengaruhi tingkat pemanasan global. Pada akhirnya, kerusakan hutan Amazon mengakibatkan curah hujan berkurang dan padang yang kering akan makin meluas mengikis wilayah Afrika yang semula subur.

Para tokoh dunia mengingatkan bahaya bencana alam akibat kerusakan lingkungan. Bill Gates, menulis buku How to Avoid Climate Disaster (2021), mengingatkan bahaya mengancam dunia karena emisi rumah kaca akibat polusi yang menyebabkan pemanasan global.

BACA JUGA:Aktivitas Tambang Ancam Ekosistem Raja Ampat, Greenpress Serukan Aksi Tegas

BACA JUGA:Bahlil: Tambang PT Gag Nikel Berjarak 30-40 Km dari Kawasan Wisata Raja Ampat

Jared Diamond, yang menulis buku Collapse (2017), mengungkapkan fakta sejarah bahwa peradaban-peradaban besar di dunia ambruk dan punah karena problem lingkungan. Suku-suku besar di Amerika Selatan punah karena bencana lingkungan. Kerusakan itu dibuat sendiri oleh manusia sehingga mengakibatkan munculnya ecoside, ’bunuh diri lingkungan secara massal’.

Wartawan dan pemerhati lingkungan dari Amerika Serikat David Wallace-Wells menulis buku Uninhabitable Earth atau Bumi yang Tak Bisa Dihuni (2020). Ia memaparkan faktor-faktor yang membuat planet bumi tidak layak huni.

Manusia secara sadar –dan lebih sering tidak sadar– telah menghasilkan emisi karbon yang membuat suhu bumi naik dari tahun ke tahun. Saat ini saja, dengan kenaikan suhu 1,1 derajat Celsius, kita mengalami berbagai bencana yang menghancurkan.

BACA JUGA:Bahlil Hentikan Sementara Tambang Nikel di Raja Ampat, Selidiki Laporan Kerusakan Lingkungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: