Cuma Ngetik? Ini Rahasia di Balik Profesi Prompt Engineer

ILUSTRASI Cuma Ngetik? Ini Rahasia di Balik Profesi Prompt Engineer.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Prompt engineer sejati tidak hanya menguasai logika teknis, tapi juga memiliki soft skills yang kuat: empati, komunikasi interpersonal, kepekaan budaya, dan intuisi linguistik. Itu sangat selaras dengan prinsip Howard Gardner tentang multiple intelligences, yakni kecerdasan linguistik dan interpersonal menjadi bagian penting dalam interaksi manusia.
Mengapa itu penting? Karena AI bukan hanya alat informasi, melainkan juga alat kolaborasi. Ketika kita berkomunikasi dengan mesin untuk menghasilkan output yang ditujukan bagi manusia lain –entah itu klien, pembaca, atau audiens– pemahaman terhadap nuansa sosial dan emosi menjadi sangat penting.
Seorang prompt engineer, seperti seorang fasilitator, membantu menyampaikan maksud manusia kepada AI dan menyaring jawaban AI agar sesuai dengan nilai dan kebutuhan manusia.
Dalam praktiknya, prompt engineer yang andal tidak hanya ”bekerja cepat,” tetapi juga berpikir dalam. Ia mempertimbangkan bagaimana kata akan diproses, bagaimana audiens akan membaca hasil, dan bagaimana etika komunikasi dijaga di setiap interaksi. Sebuah perpaduan antara literasi teknologi dan literasi manusia.
Ketika teknologi makin canggih, etika justru menjadi lebih penting. Profesi prompt engineer membawa tanggung jawab moral yang besar: menjaga keakuratan, mencegah manipulasi, dan memastikan bahwa informasi yang dihasilkan AI tidak menyesatkan atau merugikan.
Itu sejalan dengan prinsip-prinsip business ethics seperti yang dikemukakan Michael Josephson: ”Do the right thing, even when no one is watching.”
Seorang prompt engineer harus jujur dalam menjelaskan kepada klien bahwa AI bukan penyihir dan kualitas output sangat bergantung pada kualitas input. Ia tidak menjual ”keajaiban teknologi”, tetapi hasil dari proses berpikir terstruktur.
Di sanalah letak profesionalisme sejati: bukan pada apa yang tampak di permukaan, tetapi pada integritas dalam bekerja, berbicara, dan menilai.
Dalam dunia yang makin tergoda oleh kecepatan, prompt engineer harus menjadi teladan tentang ketepatan. Berpikir jernih, bertanya cerdas, dan bekerja dengan etika adalah investasi jangka panjang, bukan sekadar strategi jangka pendek.
Jadi, apakah prompt engineer itu ”ngetik doang”? Tentu tidak. Seperti seorang ahli mesin kapal, ia tahu bahwa satu ”ketukan” yang tepat adalah hasil dari puluhan tahun pengalaman, belajar lintas disiplin, dan kepekaan manusiawi. Ia adalah perancang komunikasi antara manusia dan mesin, pengelola makna, dan penjaga etika digital.
Profesi itu mungkin belum tercetak di ijazah, tapi jejaknya sudah terlihat jelas dalam setiap solusi cepat dan tepat yang dihasilkan lewat AI. Jika Anda adalah pelaku bisnis, pendidik, atau pembuat kebijakan, mungkin sudah saatnya Anda mulai mengenal –atau bahkan bekerja sama dengan– mereka yang tahu di mana harus mengetuk. (*)
*) Bagus Suminar adalah wakil ketua ICMI Jatim dan dosen UHW Perbanas Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: