Capcom Perkenalkan Pragmata: Game yang Menantang Pikiran dan Refleks

Pragmata, judul game baru Capcom yang sajikan aksi di bulan. --the outer heaven
HARIAN DISWAY – Capcom memang sedang panas-panasnya. Resident Evil masih jadi komoditas andalan, Monster Hunter makin mendunia, dan Street Fighter tetap jadi pilar dunia gim fighting. Tapi di balik parade franchise yang sudah matang, Capcom menyelipkan satu nama baru yang bikin penasaran: Pragmata.
Judul ini bukan nama karakter. Bukan pula sekuel dari waralaba lawas. Pragmata adalah IP baru, hasil eksperimen Capcom yang akhirnya menampakkan wujudnya dalam demo 15 menit di Summer Game Fest 2025. Dan ajaibnya, dalam waktu singkat itu, Pragmata berhasil mencuri perhatian.
Apa menariknya? Bukankah ini hanya shooter sci-fi dengan robot dan kostum luar angkasa? Sekilas iya.
Tapi setelah dimainkan, terasa betul bahwa Pragmata bukan sekadar tembak-tembakan. Ia memaksa pemainnya berpikir, mengambil keputusan dalam tekanan, dan tetap lincah menghindari serangan.
Musuh di Pragmata bukan tipe pasrah ditembak. Untuk melumpuhkan mereka, pemain harus “membuka” kelemahannya lebih dulu melalui proses yang disebut hacking. Dan inilah kuncinya: hacking di Pragmata bukan sekadar animasi latar.
BACA JUGA:Capcom Akan Rilis Remaster Onimusha 2: Samurai Destiny
BACA JUGA:CAPCOM Fighting Collection 2, Hidupkan Nostalgia Dunia Game Pertarungan
Sempat mangkir 3 tahun, akhirnya Pragmata dapatkan angin segar. --wccftech
Pemain harus menyelesaikan puzzle grid lima kali lima secara real-time. Artinya, ketika robot sedang mengejar, pemain juga sedang sibuk menghubungkan node sambil berharap tidak ditembak dari belakang.
Rasanya seperti memainkan dua game sekaligus—shooter dan puzzle. Tapi anehnya, justru itu yang membuat permainan terasa segar.
Capcom tidak memberi pemain banyak senjata. Hanya pistol standar dengan peluru tak terbatas dan beberapa senjata sekali pakai seperti Bola Gun atau Heavy Rifle.
Tapi keterbatasan itulah yang membuat tiap tembakan terasa penting. Tidak bisa asal sembur. Harus tahu kapan menghindar, kapan menembak, dan kapan membuka celah lewat hacking.
BACA JUGA:Mai Shiranui Hadir di Street Fighter 6, Capcom Hadirkan Karakter Crossover
BACA JUGA:Onimusha: Way of the Sword, Kembalinya Game Legendaris Capcom
Ritmenya pelan. Bukan tipe shooter secepat Vanquish atau Returnal. Tapi itu bukan kekurangan. Justru gaya lambat ala Dead Space ini memberi ruang untuk strategi. Pemain dituntut menimbang posisi, waktu, dan sumber daya.
Yang tak kalah menarik adalah suasana game-nya. Latar bulan yang sepi, penuh misteri. Karakter utama bernama Hugh, seorang astronot dewasa, ditemani Diana, android kecil yang terlihat rapuh tapi punya peran vital.
Banyak pemain yang membandingkan nuansa ini dengan NieR: Automata—sunyi, indah, sekaligus menyentuh.
Tentu saja, karena ini masih demo, kekhawatiran tetap ada. Apakah minigame hacking yang terasa menyenangkan di awal akan tetap seru di pertengahan permainan?
Apakah variasi musuh dan tantangan akan cukup untuk menjaga tempo permainan?
Tapi satu hal yang pasti, Pragmata sudah menunjukkan jati diri yang berbeda. Ia bukan shooter biasa. Ia adalah shooter yang membuatmu berpikir, menantang bukan hanya refleks tapi juga nalar.
Dan itu, di tengah lautan game klise, adalah sesuatu yang patut diapresiasi. Capcom tampaknya tidak sekadar menembakkan peluru di game ini—mereka menembakkan imajinasi, langsung ke bulan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: