Wahabi Lingkungan

ILUSTRASI Wahabi Lingkungan. Wahabi lingkungan adalah istilah yang diciptakan Ulil Abshar Abdalla. Ia merupakan salah seorang ketua di PBNU. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BANYAK yang belum mendengar terminologi ”Wahabi lingkungan”. Mungkin juga lebih banyak lagi yang terheran-heran dengan istilah itu. Dalam dialog-dialog dan diskusi mengenai isu lingkungan maupun isu-isu teologi, istilah tersebut tidak pernah terdengar.
Maklum. Sebab, istilah itu baru saja diciptakan –atau dikarang– Ulil Abshar Abdalla.
Betul. Ia adalah Ulil Abshar yang dulu membuat heboh masyarakat muslim Indonesia karena mendirikan kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL). Publik mungkin masih belum lupa bagaimana gagasan-gagasan liberal Ulil dan kawan-kawan memantik kontroversi yang sangat luas.
BACA JUGA:Matinya Hukum Lingkungan Hidup
BACA JUGA:Raja Ampat, Surga yang Hilang: Refleksi Hari Lingkungan Hidup
Gagasan Ulil dan kawan-kawan waktu itu sebenarnya bukan gagasan baru. Para pemikir liberal Islam di dunia maupun di Indonesia jauh sebelum Ulil sudah sering mengajukan gagasan liberalisasi semacam Ulil.
Beberapa gagasan yang menimbulkan perdebatan ketika itu berkutat pada masalah-masalah liberalisme, sekularisme, dan pluralisme.
Bermula dari artikel yang ditulis Ulil di harian Kompas berjudul Menyegarkan Kembali Pemikiran Islam pada 2002. Ulil berpendapat bahwa ajaran Islam adalah organisme yang bisa berkembang sesuai tuntutan zaman.
BACA JUGA:Absennya Isu Lingkungan dalam Pilgub Jatim
BACA JUGA:Penahanan Aktivis Lingkungan di Jepara Berpotensi Langgar UU
Ajaran Islam bukan monumen yang dipahat pada abad ke-7 dan menjadi patung yang tidak bisa disentuh sejarah.
Bukannya membuat segar, artikel Ulil malah membuat banyak orang terbakar. Kasus-kasus yang menjadi pemicu perdebatan sengit, misalnya, seputar masalah perkawinan beda agama, ”kesamaan” agama-agama, dan persoalan toleransi agama.
Tema-tema liberal itu sudah lama diusung Gus Dur maupun Cak Nur. Namun, Ulil cs memicu kontroversi luas karena cara penyampaiannya yang cenderung provokatif. Selain itu, tingkat kredensial mereka sebagai ulama masih diakui.
BACA JUGA:Papan Bunga dan Pohon Hidup: Refleksi Penguatan Literasi Lingkungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: